Langsung ke konten utama

Ketika Libur Lebaran 2013

#1
Ketika mengobrol dgn adik Ibu (Paman), yang jga seorang aktivis di Masjid, Majlis dan masyarakat, yg saya kagumi karena kemurnian niatnya mendakwahkan Islam tnpa tendesius kpada suatu golongan, hanya untuk Islam...
Apa yg menyebabkan diri ini mau berdakwah? ternyata kita punya kesamaan, bermula dr membaca sjarah Islam yg lengkap dr Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam sampai sejarh Islam d indonesia. Melihat turun naiknya kejayaan Islam, melihat satu per satu janji Allah diwujudkan, dengan kesahihan sejarah dan hadits yg digunakan, sudah tdk diragukan bahwa Izzah Islam harus ditegakkan.
Islam di jaman spt ini bkan gara2 Islam yg jelek, ttp orang2 nya yg perlu diperbaiki.
Hmm, diskusi yg menarik, ketemu keluarga sekaligus berbagi ruh dan idealisme.

Lalu pembicaraan mulai beranjak kepada kehidupan remaja dan problematika. Akhirnya disinggung, kok jarang ya Pemuda yg udah ngaji membantu kegiatan dakwah di kampus, minimal berfastabiqul khoirot, atau bekerja sama dalam pendapat2 yg sama, tahsin misal, mengajar anak jalanan misal, mengajar anak TPA misal, atau lebh dr itu?

kadang karena jarangnya, mencari jodoh pun akhirnya keluar juga karena mencari yang se ide, atau hanif yg bs diarahkan. Tdk penting bagaimana wajahnya, yg penting ide, ghiroh, kesadaran, dan kebiasaan. (merenung, pernah dibicarakan ke Bapak tp tak setuju jika sampai terjadi, ada success story nya, ada fail storynya, yg berujung pada ketidak harmonisan rumah tangga dn spirit dakwahnya)

mari berbenah diri....


#2
hasil ngobrol dengan Pak Dhe, Pak Lik dan Pak Mul di dalam mobil ketika perjalanan:
Bahwa ketika suatu lingkungan kehilangan Budaya tawassaw bil haq dan tawassaw bish shobr maka siap2 saja agar kerusakan tersebar lebih parah.

Bahkan, api sekecil apa pun, jangan sampai dibiarkan, minimal dipastikan apakah berita itu benar/tabayun. Dengan tabayun itu sendiri, seseorang akan merasakan teguran sendiri dan berbenah diri.
hal yg tak kalah penting adalah husnudhon antar saudara.

Inilah indahnya ukhuwah Islamiyah



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Material Absorbsi

Ada empat tipe bahan atau material  yang paling sering digunakan untuk mengontrol g angguan yang timbul karena adanya cacat akustik. Empat tipe bahan itu adalah Absorber, isolator, isolator vibrasi, dan damping. Namun di makalah ini hanya akan dibahas mengenai bahan untuk absorbsi.  Bahan absorbsi secara umum berfungsi untuk menyerap energi suara dengan tujuan menyeimbangkan reverberation time, menyerap gangguan yang tidak diinginkan, menghilangkan rentang fekuensi tertentu dan fungsi lainnya. Selain menambah kualitas akustik di suatu ruangan, aspek kenyamanan dan kesesuaian dengan komponen lain, misalnya pencahayaan, arsitek, dan lainnya, harus diperhatikan juga.  Setiap bahan absorbsi mempunyai koefisien absorbsi yang berbeda beda. Koefisien absorbsi suara suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara energi akustik yang diserap dengan energi akustik yang datang menimpa bahan tersebut. Koefisien absorbsi suara suatu bahan dapat dihitung dengan menggunakan

Semua akan Indah Pada Waktunya... Tasyabuh?

Larangan tasyabbuh edition.... "Semuanya Akan Indah pada Waktunya" ternyata kalimat tersebut dari BIBLE dan sudah menjadi syiar umum bagi kaum Nashrani (di Doa di nyanyian di Gereja). apakah kita akan menjadikan syiar mereka menjadi syiar kita sebagai umat Islam???? Insya Allah banyak kalimat dari Al Qur'an dan As Sunnah yang lebih baik dari perkataan tersebut. Salah satu contohnya adalah surat Fushilat ayat 30-31 atau Ali Imron yang berbunyi " wa saari'u ilaa maghfirotim mir Robbikum" ....dst. Eh kok ada yang beda di ayat tersebut? Yap, di sana TIDAK semuanya akan indah pada waktunya. Kita akan mendapatkan balasannya jika kita telah melakukan sesuatu terlebih dahulu (beriman, beramal, istiqomah dll) dan sudah dikehendaki oleh Allah. Jika tidak sependapat tidak apa-apa. Tapi bukankah kita lebih baik tidak atau berhati-hati untuk tidak bertasyabbuh? ------- ini bunyi kalimat tersebut di Bible...... "Ia membuat segala sesua

Unta Rahilah

“innamannaasa kal ibilil miati laa takaadu tajidu fiihaaa raahilah” “Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat)” [HR Bukhari, XX/151 No.6017] Apakah yang dimaksud dengan 'Rahilah itu'. Al-Khaththabi rahimahullah: “mayoritas manusia memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.’ (Fathul Bari, 11/343) Al Imam Nawawi rahimahullahu:”Orang yang diridhoi keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/10) Ibnu Baththal rahimuhullahu: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343) Apakah kita bisa menjadi Unta Rahilah itu di antara Umat islam