Di tengah deru laju kereta api, penulis terlibat perbincangan hangat dengan seorang Mas2 yg bs dikatakan masih muda yg baru saja beranjak menuju kepala tiganya.
Dari sekian perbincangan, ada satu perbincangan menarik yg masih saya ingat, ...
A: saya
B: Masnya
B: Kelahiran tahun berapa?
A: 19** Mas.
B: Ooo, Masih muda.
A: Iya Mas masih muda. Hmm, ngomong tentang muda, dulu Mas nikah umur berapa?
B: Saya nikah umur 25 tahun...
A: Itu umur saya setahun lagi.
B: Hmm, mengingat umur tsb sy jadi teringat sedikit penyesalan.
A: Apa itu, Mas?
B: Yah menyesal karena sudah terlanjur terjadi. Sy dulu menganggap proses pasca nikah itu akan berjalan sesuai dengan harapan saya. Dan saya kira saya sudah benar2 mengenal pacar saya krn sudah pacaran selama tiga tahun.
A: Ternyata...?
B: Ternyata belum, saya belum mengenalnya sama sekali. Setelah pernikahan, saya seperti baru mengenalnya kembali mulai dari 0.
A: Kenapa itu bisa terjadi, Mas?
B: Pada masa pacaran pasti 'Jaim'-'Jaim' an. Dan krn belum ada ikatan, pacar tdk banyak menuntut. Setelah ada ikatan, maka si pacar yg berubah status jadi istri jadi banyak menuntut.
A: Ooo, Gitu, Mas.
B: Lebih baik siapkan kemapanan mental dan ilmu pengetahuan agama untuk mendidik istri. Jangan terlalu tergesa-gesa.
A: He'em. (Manggut2, setuju)
B: Dan perlu diketahui, Dik. Ini tdk hanya berlaku di saya, tapi penyesalan akan ketergesa-gesaan menikah karena merasa sudah mengenal pacar terjadi juga terjadi di orang lain....
Mari kita petik hikmah dari sekelumit pengalaman orang ini:
1,-
Sebenarnya, starting point masa ta'aruf yg sebenarnya adalah pada saat pernikahan dilakukan dan kekurangan pasangan diketahui.
2,-
Dari sini, kita juga mengetahui bahwa pacaran terkadang useless, tiada berguna. Bahkan terasa menyakitkan, jika setelah pernikahan si pacar banyak menuntut dan muncul berbagai kelemahan yg unpredicted. Dari pada pacaran terlebih dahulu, lebih baik langsung nikah, iya enggak? Ternyata hasil observasi pada masa pacaran adalah PHP.
3,-
Jangan terlalu over expected terhadap calon pasangan kita. jadi teringat dengan perkataan Salim A Fillah, "Jangan terlalu banyak berekspektasi bagaimana nanti pasangan kita, namun berobsesilah agar diri kita pantas mendapatkan pasangan yg punya kualitas tertentu."
4,-
Siapkan diri sebaik-baiknya agar pernikahan membawa berkah, dengan menyiapkan mental dan ilmu berkaitan dengan rumah tangga. Harta? Insya Allah akan ada jalan keluar.
Hmm, hmm, Ok saatnya kembali tenggelam dalam buku.
Kahuripan, Bandung-Solo 25 Januari 2013.
Komentar
Posting Komentar