Lho Benci kok suka? Karena ternyata rencana Allah lebih indah dengan pra syarat kita berprasangka baik pada Nya terlebih dahulu.
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu
adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
Ayat ini mengandung Tafsir berikut:
1. "Kutiba 'alaikumul Qitalu wa huwa kurhul lakum."
Jika dimintai pertolongan untuk jihad pada masa itu diwajibkan untuk membantu. Dan Jihad untuk memperjuangkan Islam pada masa itu adalah sangat berat bagi setiap orang Islam.
2. " Wa 'asaa an takrohu syaia wa khoirullakum, Wa 'asaa an tuhibbu syaia wa huwa syarrul lakum"
Hal ini bersifat umum, tidak hanya berkaitan dengan perang. Bisa jadi kita cenderung terhadap sesuatu tapi tidak ada kebaikan kepadanya.
3. "Wallaahu ya'lamu wa antum ta'lamuun."
Allah lebih mengetahui tentang akibat dari semua perkara. Maka hendaklah kita berserah diri kepada Allah, menaati perintahNya, semoga kita dapat petunjuk.
Kepada siapakah ayat ini dialamatkan? Tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang yang beriman.
Ayat ini masih menjadi satu rangkaian dengan ayat Al Baqoroh ayat 208. Kenapa? karena seorang yang beriman adalah seorang yang tawakkal dan para pengambil hikmah
.................... [Ibnu Katsir 2:216]
Jadi, Allah mengajarkan pada seorang yang beriman untuk bertawakkal dan selalu mengambil hikmah dan selalu berprasangka baik pada-Nya melalui kewajiban perang. Dimana kewajiban perang sungguh nyata beratnya, sungguh nyata kewajibannya, dan sungguh nyata akibatnya. Memang ayat ini mengajarkan diri kita untuk selalu bersandar kepada Allah. Ketika susah maupun senang, maka kita sandarkan keyakinan diri kita kepada Allah.
Tak bisa lepas dari tafsir ayat ini, istikhoroh menjadi salah satu untuk menetapkan hati sekaligus berusaha bertawakkal kepada Allah ketika menentukan pilihan.
#Masih harus melawan hawa nafsu#
Ayat ini mengandung Tafsir berikut:
1. "Kutiba 'alaikumul Qitalu wa huwa kurhul lakum."
Jika dimintai pertolongan untuk jihad pada masa itu diwajibkan untuk membantu. Dan Jihad untuk memperjuangkan Islam pada masa itu adalah sangat berat bagi setiap orang Islam.
2. " Wa 'asaa an takrohu syaia wa khoirullakum, Wa 'asaa an tuhibbu syaia wa huwa syarrul lakum"
Hal ini bersifat umum, tidak hanya berkaitan dengan perang. Bisa jadi kita cenderung terhadap sesuatu tapi tidak ada kebaikan kepadanya.
3. "Wallaahu ya'lamu wa antum ta'lamuun."
Allah lebih mengetahui tentang akibat dari semua perkara. Maka hendaklah kita berserah diri kepada Allah, menaati perintahNya, semoga kita dapat petunjuk.
Kepada siapakah ayat ini dialamatkan? Tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang yang beriman.
Ayat ini masih menjadi satu rangkaian dengan ayat Al Baqoroh ayat 208. Kenapa? karena seorang yang beriman adalah seorang yang tawakkal dan para pengambil hikmah
.................... [Ibnu Katsir 2:216]
Jadi, Allah mengajarkan pada seorang yang beriman untuk bertawakkal dan selalu mengambil hikmah dan selalu berprasangka baik pada-Nya melalui kewajiban perang. Dimana kewajiban perang sungguh nyata beratnya, sungguh nyata kewajibannya, dan sungguh nyata akibatnya. Memang ayat ini mengajarkan diri kita untuk selalu bersandar kepada Allah. Ketika susah maupun senang, maka kita sandarkan keyakinan diri kita kepada Allah.
Tak bisa lepas dari tafsir ayat ini, istikhoroh menjadi salah satu untuk menetapkan hati sekaligus berusaha bertawakkal kepada Allah ketika menentukan pilihan.
#Masih harus melawan hawa nafsu#
Komentar
Posting Komentar