Langsung ke konten utama

Bisa Jadi Benci, Tapi Suka (Tafsir 2:216)

Lho Benci kok suka? Karena ternyata rencana Allah lebih indah dengan pra syarat kita berprasangka baik pada Nya terlebih dahulu. "Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Ayat ini mengandung Tafsir berikut:

1. "Kutiba 'alaikumul Qitalu wa huwa kurhul lakum."
Jika dimintai pertolongan untuk jihad pada masa itu diwajibkan untuk membantu. Dan Jihad untuk memperjuangkan Islam pada masa itu adalah sangat berat bagi setiap orang Islam.

2. " Wa 'asaa an takrohu syaia wa khoirullakum, Wa 'asaa an tuhibbu syaia wa huwa syarrul lakum"
Hal ini bersifat umum, tidak hanya berkaitan dengan perang. Bisa jadi kita cenderung terhadap sesuatu tapi tidak ada kebaikan kepadanya.
 
3. "Wallaahu ya'lamu wa antum ta'lamuun."
Allah lebih mengetahui tentang akibat dari semua perkara. Maka hendaklah kita berserah diri kepada Allah, menaati perintahNya, semoga kita dapat petunjuk.

Kepada siapakah ayat ini dialamatkan? Tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang yang beriman.

Ayat ini masih menjadi satu rangkaian dengan ayat Al Baqoroh ayat 208. Kenapa? karena seorang yang beriman adalah seorang yang tawakkal dan para pengambil hikmah
.................... [Ibnu Katsir 2:216]

Jadi, Allah mengajarkan pada seorang yang beriman untuk bertawakkal dan selalu mengambil hikmah dan selalu berprasangka baik pada-Nya melalui kewajiban perang. Dimana kewajiban perang sungguh nyata beratnya, sungguh nyata kewajibannya, dan sungguh nyata akibatnya. Memang ayat ini mengajarkan diri kita untuk selalu bersandar kepada Allah. Ketika susah maupun senang, maka kita sandarkan keyakinan diri kita kepada Allah.
Tak bisa lepas dari tafsir ayat ini, istikhoroh menjadi salah satu untuk menetapkan hati sekaligus berusaha bertawakkal kepada Allah ketika menentukan pilihan.

#Masih harus melawan hawa nafsu#

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Material Absorbsi

Ada empat tipe bahan atau material  yang paling sering digunakan untuk mengontrol g angguan yang timbul karena adanya cacat akustik. Empat tipe bahan itu adalah Absorber, isolator, isolator vibrasi, dan damping. Namun di makalah ini hanya akan dibahas mengenai bahan untuk absorbsi.  Bahan absorbsi secara umum berfungsi untuk menyerap energi suara dengan tujuan menyeimbangkan reverberation time, menyerap gangguan yang tidak diinginkan, menghilangkan rentang fekuensi tertentu dan fungsi lainnya. Selain menambah kualitas akustik di suatu ruangan, aspek kenyamanan dan kesesuaian dengan komponen lain, misalnya pencahayaan, arsitek, dan lainnya, harus diperhatikan juga.  Setiap bahan absorbsi mempunyai koefisien absorbsi yang berbeda beda. Koefisien absorbsi suara suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara energi akustik yang diserap dengan energi akustik yang datang menimpa bahan tersebut. Koefisien absorbsi suara suatu bahan dapat dihitung dengan menggunakan

Semua akan Indah Pada Waktunya... Tasyabuh?

Larangan tasyabbuh edition.... "Semuanya Akan Indah pada Waktunya" ternyata kalimat tersebut dari BIBLE dan sudah menjadi syiar umum bagi kaum Nashrani (di Doa di nyanyian di Gereja). apakah kita akan menjadikan syiar mereka menjadi syiar kita sebagai umat Islam???? Insya Allah banyak kalimat dari Al Qur'an dan As Sunnah yang lebih baik dari perkataan tersebut. Salah satu contohnya adalah surat Fushilat ayat 30-31 atau Ali Imron yang berbunyi " wa saari'u ilaa maghfirotim mir Robbikum" ....dst. Eh kok ada yang beda di ayat tersebut? Yap, di sana TIDAK semuanya akan indah pada waktunya. Kita akan mendapatkan balasannya jika kita telah melakukan sesuatu terlebih dahulu (beriman, beramal, istiqomah dll) dan sudah dikehendaki oleh Allah. Jika tidak sependapat tidak apa-apa. Tapi bukankah kita lebih baik tidak atau berhati-hati untuk tidak bertasyabbuh? ------- ini bunyi kalimat tersebut di Bible...... "Ia membuat segala sesua

Unta Rahilah

“innamannaasa kal ibilil miati laa takaadu tajidu fiihaaa raahilah” “Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat)” [HR Bukhari, XX/151 No.6017] Apakah yang dimaksud dengan 'Rahilah itu'. Al-Khaththabi rahimahullah: “mayoritas manusia memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.’ (Fathul Bari, 11/343) Al Imam Nawawi rahimahullahu:”Orang yang diridhoi keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/10) Ibnu Baththal rahimuhullahu: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343) Apakah kita bisa menjadi Unta Rahilah itu di antara Umat islam