Alhamdulillah karena hati penulis sedang risau akan 'sesuatu' maka muncullah
tulisan ini, semoga bisa menyembuhkan ‘sedikit’ ‘kerisauan’ di hati kita dengan
mengingat bahwa target utama kita bukanlah wanita ataupun harta ataupun
kehormatan ataupun eksistensi diri kita, tapi target kita adalah kehidupan
akhirat.
Tentunya kita ingin mendapatkan ridho Allah di setiap kehidupan kita. Salah satunya adalah dengan mengutamakan kehidupan akhirat di atas keperluan kehidupan segalanya. Lalu bagaimana sikap kita untuk mencapai kehidupan akhirat itu? Sikap-sikap tersebut sudah terangkum di dalam istilah akhlaqul karimah. Di antara sekian banyak sifat-sifat akhlaqul karimah ada tiga sifat yang cukup komprehensif yang bisa kita aplikasikan di kehidupan sehari-hari kita. Di antara sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Istiqomah
Istiqomah punya dua kata kunci yaitu, menjaga diri, ikhlas, dan taqwa.
Atau, Istiqomah adalah salah satu sikap di mana kita harus terus menjaga agar diri kita dalam melakukan segala sesuatu ada suatu ikatan untuk melakukannya karena Allah dan melaksanakan segala perintah dan segala larangan Allah (bertaqwa).
Atau, Istiqomah adalah salah satu sikap di mana kita harus terus menjaga agar diri kita dalam melakukan segala sesuatu ada suatu ikatan untuk melakukannya karena Allah dan melaksanakan segala perintah dan segala larangan Allah (bertaqwa).
Kalau kita sering bilang keep istiqomah maka kita berusaha agar tetap di jalan yang baik yang diridhoi oleh Allah dan selalu menjunjung tinggi tauhid di dalam keseharian kita.
Di Ayat Al-qur’an terdapat perintah agar kita beristiqomah, bahkan dalam setiap rekaat sholat kita selalu meminta agar kita diberi jalan yang istiqomah (Red:Al-Fatihah). Ayat lain yang membahas tentang istiqomah ini, adalah:
Al fushilat (41):30
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ
الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ [٤١:٣٠]
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."
Arti dari ”Robb kami adalah Allah kemudian mereka stiqomah” adalah mereka melakukan sesuatu yang baik hanya diniatkan untuk Allah, kemudian mereka menaatinya melakukan apa yang Allah perintahkan pada mereka. [Tafsir Ibnu Katsir]
Selain arti di atas, arti lainnya adalah bahwa ketika kita berusaha istiqomah berarti kita berusaha menyembah Allah dan tidak berpaling kepada Ilah selain Allah. Mengenai Ilah sendiri, di ayat lain dikatakan bahwa hawa nafsu juga bisa menjadi ilah (yang disembah). Di ayat lain lagi, nafsu itu cenderung membawa kepada keburukan dan atau kemaksiatan kecuali nafsu yang telah diberi rahmat oleh Allah.
Dan ketika mereka mati, malaikat
akan berkata jangan takut dan janganlah merasa sedih karena jannah lah yang
menunggu. Di tafsir Jalalain untuk ayat 31 (selanjutnya) dikatakan bahwa
malaikat lah yang menemani pada waktu di dunia dan yang akan mengantar ke
akhirat.
2. Sabar dalam Menghadapi Cobaan
Sikap seorang beriman itu adalah
apabila mendapat suatu cobaan maka dihadapi dengan sabar. Bahkan Allah juga menyampaikan
kepada agar kita senantiasa bersabar dan menguatkan kesabaran yang ada dalam
diri kita. Lalu bagaimanakah perngertian sabar itu, lalu meliputi apa sajakah
sabar itu mari coba kita bahas di tulisan selanjutnya.
Ali imran 200:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا
وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [٣:٢٠٠]
“Hai orang-orang
yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap
siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
beruntung.”
Mengenai ayat ini, kita sebagai orang beriman disuruh agar bersabar dalam ketaatan beragama kepada Allah di jalan yang diridhoinya [tafsir ibnu katsir] dan dalam menentang hawa nafsu kita salah satunya dalam berbuat maksiat.
Lalu apakah bentuk cobaan bagi orang-orang yang sabar, hal ini sudah sering diungkapkan di dalam ayat-ayat Allah. Salah satu ayatnya adalah di surat Al-Baqoroh ayat 155. Di mana bentuk cobaan yang diberikan kepada orang-orang sabar adalah ketakutan (الْخَوْفِ), kelaparan (الْجُوعِ), kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Di akhir ayat ini diberitakan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
Di ayat lain kita diperintahkan
untuk meminta pertolongan dengan sabar dan sholat,
Al-Baqoroh 45
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ [٢:٤٥]
“Jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”
Dalam
tafsir ibnu Katsir, shabar
dalam ayat ini diartikan dengan beberapa makna, sbb:
1) Makna yang pertama adalah puasa.
2) Makna yang kedua adalah menahan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat. Salah satu sandaran dari pendapat yang kedua adalah di ayat ini dibarengi dengan perintah untuk meminta tolong dengan ibadah yang tertinggi, yaitu sholat.
Umar bin Khaththab ra. juga menyampaikan bahwa sabar ada dua macam, yaitu
1) sabar ketika menghadapi musibah dan
2) sabar terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah inilah sabar yang paling susah.
Dalam pendapat lain, sabar pada ayat ini adalah sabar dalam melakukan hal-hal yang diridhai oleh Allah Swt.
1) Makna yang pertama adalah puasa.
2) Makna yang kedua adalah menahan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat. Salah satu sandaran dari pendapat yang kedua adalah di ayat ini dibarengi dengan perintah untuk meminta tolong dengan ibadah yang tertinggi, yaitu sholat.
Umar bin Khaththab ra. juga menyampaikan bahwa sabar ada dua macam, yaitu
1) sabar ketika menghadapi musibah dan
2) sabar terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah inilah sabar yang paling susah.
Dalam pendapat lain, sabar pada ayat ini adalah sabar dalam melakukan hal-hal yang diridhai oleh Allah Swt.
Wallaahu a’lam BishShowab.
Bersambung……(Insya Allah)
Selanjutnya adalah membahas tentang Syukur terhadap nikmat
Allah.
Tulisan ini diilhami dari kajian yang disampaikan oleh Ustadz Tutuk pada tanggal14 Juni 2009 di MTA Bandung dengan adanya beberapa tambahan isi dan ditambahkan sumber oleh penulis.
Tulisan ini diilhami dari kajian yang disampaikan oleh Ustadz Tutuk pada tanggal14 Juni 2009 di MTA Bandung dengan adanya beberapa tambahan isi dan ditambahkan sumber oleh penulis.
(Ali An-Nashir)
__________________________________________________________________________________
Sumber:
Tafsir ibnu Katsir juz 1 dan juz 4.
Tafsir Jalalain.
2011
2011
Komentar
Posting Komentar