Langsung ke konten utama

Tiga Sikap Seorang Muslim Dalam Mencapai Kehidupan Akhirat (1)


Alhamdulillah karena hati penulis sedang risau akan 'sesuatu' maka muncullah tulisan ini, semoga bisa menyembuhkan ‘sedikit’ ‘kerisauan’ di hati kita dengan mengingat bahwa target utama kita bukanlah wanita ataupun harta ataupun kehormatan ataupun eksistensi diri kita, tapi target kita adalah kehidupan akhirat.




Tentunya kita ingin mendapatkan ridho Allah di setiap kehidupan kita. Salah satunya adalah dengan mengutamakan kehidupan akhirat di atas keperluan kehidupan segalanya. Lalu bagaimana sikap kita untuk  mencapai kehidupan akhirat itu? Sikap-sikap tersebut sudah terangkum di dalam istilah akhlaqul karimah. Di antara sekian banyak sifat-sifat akhlaqul karimah ada tiga sifat yang cukup komprehensif yang bisa kita aplikasikan di kehidupan sehari-hari kita. Di antara sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Istiqomah

Istiqomah punya dua kata kunci yaitu, menjaga diri, ikhlas, dan taqwa.

Atau, Istiqomah adalah salah satu sikap di mana kita harus terus menjaga agar diri kita dalam melakukan segala sesuatu ada suatu ikatan untuk melakukannya karena Allah dan melaksanakan segala perintah dan segala larangan Allah (bertaqwa).

Kalau kita sering bilang keep istiqomah maka kita berusaha agar tetap di jalan yang baik yang diridhoi oleh Allah dan selalu menjunjung tinggi tauhid di dalam keseharian kita.

Di Ayat Al-qur’an terdapat perintah agar kita beristiqomah, bahkan dalam setiap rekaat sholat kita selalu meminta agar kita diberi jalan yang istiqomah (Red:Al-Fatihah). Ayat lain yang membahas tentang istiqomah ini, adalah:

Al fushilat (41):30
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ [٤١:٣٠]

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."

Arti dari ”Robb kami adalah Allah kemudian mereka stiqomah” adalah mereka melakukan sesuatu yang baik hanya diniatkan untuk Allah, kemudian mereka menaatinya melakukan apa yang Allah perintahkan pada mereka. [Tafsir Ibnu Katsir]

Selain arti di atas, arti lainnya adalah bahwa ketika kita berusaha istiqomah berarti kita berusaha menyembah Allah dan tidak berpaling kepada Ilah selain Allah. Mengenai Ilah sendiri, di ayat lain dikatakan bahwa hawa nafsu juga bisa menjadi ilah (yang disembah). Di ayat lain lagi, nafsu itu cenderung membawa kepada keburukan dan atau kemaksiatan kecuali nafsu yang telah diberi rahmat oleh Allah.
Dan ketika mereka mati, malaikat akan berkata jangan takut dan janganlah merasa sedih karena jannah lah yang menunggu. Di tafsir Jalalain untuk ayat 31 (selanjutnya) dikatakan bahwa malaikat lah yang menemani pada waktu di dunia dan yang akan mengantar ke akhirat.
2. Sabar dalam Menghadapi Cobaan
Sikap seorang beriman itu adalah apabila mendapat suatu cobaan maka dihadapi dengan sabar. Bahkan Allah juga menyampaikan kepada agar kita senantiasa bersabar dan menguatkan kesabaran yang ada dalam diri kita. Lalu bagaimanakah perngertian sabar itu, lalu meliputi apa sajakah sabar itu mari coba kita bahas di tulisan selanjutnya.

Ali imran 200:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [٣:٢٠٠]

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

Mengenai ayat ini, kita sebagai orang beriman disuruh agar bersabar dalam ketaatan beragama kepada Allah di jalan yang diridhoinya [tafsir ibnu katsir] dan dalam menentang hawa nafsu kita salah satunya dalam berbuat maksiat.

Lalu apakah bentuk cobaan bagi orang-orang yang sabar, hal ini sudah sering diungkapkan di dalam ayat-ayat Allah. Salah satu ayatnya adalah di surat Al-Baqoroh ayat 155.  Di mana bentuk cobaan yang diberikan kepada orang-orang sabar adalah ketakutan (الْخَوْفِ), kelaparan (الْجُوعِ), kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Di akhir ayat ini diberitakan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
Di ayat lain kita diperintahkan untuk meminta pertolongan dengan sabar dan sholat,
Al-Baqoroh 45
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ [٢:٤٥]
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”
Dalam tafsir ibnu Katsir, shabar dalam ayat ini diartikan dengan beberapa makna, sbb:
1) Makna yang pertama adalah puasa.
2) Makna yang kedua adalah menahan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat. Salah satu sandaran dari pendapat yang kedua adalah di ayat ini dibarengi dengan perintah untuk meminta tolong dengan ibadah yang tertinggi, yaitu sholat.

Umar bin Khaththab ra. juga menyampaikan bahwa sabar ada dua macam, yaitu
1) sabar ketika menghadapi musibah dan
2) sabar terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah inilah sabar yang paling susah. 

 Dalam pendapat lain, sabar pada ayat ini adalah sabar dalam melakukan hal-hal yang diridhai oleh Allah Swt.

Wallaahu a’lam BishShowab.

Bersambung……(Insya Allah)
Selanjutnya adalah membahas tentang Syukur terhadap nikmat Allah.

Tulisan ini diilhami dari kajian yang disampaikan oleh Ustadz Tutuk pada tanggal14 Juni 2009 di MTA Bandung dengan adanya beberapa tambahan isi dan ditambahkan sumber oleh penulis.

(Ali An-Nashir)

__________________________________________________________________________________
Sumber:
Tafsir ibnu Katsir juz 1 dan juz 4.
Tafsir Jalalain.

2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#Pembinaan Diri (3)

(Lanjutan....) Setelah sekian lama, tulisan sederhana ini akhirnya bisa diselesaikan. Maklum, hampir full akitivitas, mulai dari 4 minggu sebelum Ramdahan sampai sekarang. Ok, mari kita lanjutkan. Tapi, sebelumnya, alhamdulillah ada beberapa habbit yang bisa jelek yang bisa diubah beberapa minggu terakhir. Ini semata-mata karena pertolongan Allah yang telah memberikan hidayah pada penulis. Sekarang the next habbits jelek yang perlu diatasi. Tidak perlu tergesa-gesa, tapi nikmati prosesnya.... :D. Jika artikel sebelumnya adalah kumpulan status, maka untuk tulisan kali agak berbeda. Sebelum masuk ke inti bahasan, mari kita review lagi makna dari ' Pembinaan Diri' . Apa sih Pembinaan Diri? Pembinaan Diri adalah Serangkaian program/ Sebuah Komitmen untuk membina dirinya sendiri dengan sarana-sarana yang sebenarnya berserakan di kehidupan keseharian kita. (Jadi bahasa tekniknya adalah dioptimasi agar lebih efektif) Pembinaan sendiri mempunyai tujuan agar ses

Semua akan Indah Pada Waktunya... Tasyabuh?

Larangan tasyabbuh edition.... "Semuanya Akan Indah pada Waktunya" ternyata kalimat tersebut dari BIBLE dan sudah menjadi syiar umum bagi kaum Nashrani (di Doa di nyanyian di Gereja). apakah kita akan menjadikan syiar mereka menjadi syiar kita sebagai umat Islam???? Insya Allah banyak kalimat dari Al Qur'an dan As Sunnah yang lebih baik dari perkataan tersebut. Salah satu contohnya adalah surat Fushilat ayat 30-31 atau Ali Imron yang berbunyi " wa saari'u ilaa maghfirotim mir Robbikum" ....dst. Eh kok ada yang beda di ayat tersebut? Yap, di sana TIDAK semuanya akan indah pada waktunya. Kita akan mendapatkan balasannya jika kita telah melakukan sesuatu terlebih dahulu (beriman, beramal, istiqomah dll) dan sudah dikehendaki oleh Allah. Jika tidak sependapat tidak apa-apa. Tapi bukankah kita lebih baik tidak atau berhati-hati untuk tidak bertasyabbuh? ------- ini bunyi kalimat tersebut di Bible...... "Ia membuat segala sesua

Unta Rahilah

“innamannaasa kal ibilil miati laa takaadu tajidu fiihaaa raahilah” “Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat)” [HR Bukhari, XX/151 No.6017] Apakah yang dimaksud dengan 'Rahilah itu'. Al-Khaththabi rahimahullah: “mayoritas manusia memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.’ (Fathul Bari, 11/343) Al Imam Nawawi rahimahullahu:”Orang yang diridhoi keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/10) Ibnu Baththal rahimuhullahu: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343) Apakah kita bisa menjadi Unta Rahilah itu di antara Umat islam