Di Masa Sekarang, fitnah berupa berita bohong (haditsul ifki) mudah sekali ditemui di dalam kehidupan kita. Fitnah ini dapat menimpa siapa saja dan organisasi apa pun. Bahkan, dengan berkembangnya media, berita ini lebih mudah untuk tersebar. Dalam menghadapi haditsul ifki ini, ada beberapa kejadian di masa uswah kita, Nabi Muhammad Shalallaahu 'alaihi wa Salam, yang bisa kita ambil ibroh dan hikmahnya.
Pada masa kenabian, didapati haditsul ifki yang mengguncangkan umat Islam di Madinah. Haditsul Ifki ini menimpa Ummahatul Mukminin, A'isyah RadhiyAllaahu 'anhaa salah seorang tokoh yang sangat dihormati oleh Umat Islam. Hadistul ifki ini akhirnya dapat diselesaikan setelah Allah menurunkan surat An Nuur.
Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari peristiwa itu? Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Jangan Mudah Menuduh Jika Baru Ada Prasangka
Menghindari tuduhan yang masih bersifat prasangka adalah kewajiban pokok yg dtunaikan kaum muslimin.
Pada saat fitnah terjadi, Shahabat yang kuat imannya tetap dijaga hati dan mulutnya oleh Allah. Ketika fitnah menyerang, para shahabat bershabar dengan tidak menyebarkan tuduhan yang baru sebatas prasangka tersebut.
Siapa para tokoh penyebarnya? tidak lain adalah para munafiqin.
Yang lebih mengagetkan, ada juga kaum muslimin yang akidahnya masih lemah (atau sedang khilaf) yang tanpa sengaja ikut menyebarkan berita bohong tersebut.
2. Salah satu syarat Diterimanya Isu dengan Adanya Bukti dan Saksi
Jangan menerima isu begitu saja. Setiap tuduhan harus disertai dengan bukti dan saksi. Jika tuduhan masih bersifat prasangka, lebih baik kita diamkan, tidak menerimanya dan tidak menyebarkannya. Mengenai tuduhan harus disertai saksi maka hal ini tertulis di surat An Nur ayat 13 (salah satunya).
3. Bandingkan Tokoh Tersebut dengan Diri Sendiri
Timbanglah secara cermat dalam menilai benar tidaknya suatu isu. Timbangkan masak-masak apakah yang dituduhkan benar atau salah. Bandingkan pribadi orang yang diisukan dengan diri sendiri. Jika orang yang diisukan harusnya lebih sholeh dari kita, maka kita perlu melakukan tabayyun terlebih dahulu.
Ketika ditanya mengenai isu yang menimpa Ibunda A'isyah Radhiyallaahu 'anhaa, Sahabat Ayub Al Anshari radhiyAllaahu 'anhu menjawab pertanyaan istrinya secara diplomatis, yaitu dengan cara membandingkan kesholehan dirinya dengan kesholehan Ibunda A'isyah, jadi tidak mungkin Ibunda A'isyah melakukan perbuatan keji tersebut.
4. Jaga Agar Nafsu Tidak Ikut Campur
Jangan biarkan hawa nafsu ikut campur dan berperan dlm menyelesaikan tersebarnya kabar bohong.
Contoh terpuji di sini adalah Zainab binti Jahsyi radhiyAllaahu 'anhaa, Istri yang lain, ummahatul mukminin. Ketika fitnah menyebar, beliau diam dan masih berkhusnudhon. A'isyah Radhiyallaahu 'anhu pun memuji sikap dari Ibunda Zainab tersebut.
Jika nafsu ikut campur, ketika berita bohong menimpa Ibunda A'isyah, maka para madunya akan dengan mudahnya menyebarkan berita bohong tersebut dan membuat suasana semakin buruk.
5. Sebagai Seorang Korban, Harus Pandai Bersikap
Beban terberat dlm menghadapi haditsul ifki adalah sikap yang mesti diambil oleh orang yg diisukan. Jangan sampai membalas berita bohong dengan berita bohong lainnya. Jangan melanggar kehormatan orang lain.
Contoh yang baik adalah sikap Rasulullah SAW dan keluarga Abu Bakar. Rasulullah sebagai suami dari seorang istri yang diisukan, sekaligus sebagai pemimpin dari Umat Islam saat itu. Maka, Rasulullah memilih tidak membahas isu ini sedikitpun. Rasulullah hanya mendiamkan Ibunda A'isyah dan tidak mengambil tindakan menghukumnya karena ketidak jelasan isu tersebut.
Keluarga Abu Bakar, sebagai korban, melakukan tindakan diam, tidak membalas isu tersebut dengan kebohongan yang lain, tidak melanggar kehormatan orang lain pula. A'isyah sendiri memilih mengadu kepada Allah dan bershabar menunggu keputusan dari Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wa salam.
6. Setelah Terungkap Kebenaran, Beri Hukuman Kepada yang Menyebarkan
Menghukum orang yg terperdaya dan terlibat dlm menyebarkan fitnah.
Setelah ayat turun, maka Rasulullah mengumumkan bahwa A'isyah tidak bersalah dan melakukan pemeriksaan yang teliti terhadap sumber dari fitnah tersebut dan para penyebar utama dari berita bohong tersebut. Tentu harus dilakukan pemeriksaan dengan sangat teliti.
[Diambil dari Fiqhush Shirah Manhaj Haroki dan sirah Nabawiyah syeikh Safy Al Rahman Al Mubarakfuri]
Maka berhati-hatilah terhadap suatu kabar burung. Tabayyun adalah salah satu prosedur wajib yang dituntunkan. Tabayyun juga didapatkan pada peristiwa pengumpulan zakat dari Bani Mustaliq, dan ada pembawa berita yang keliru menyampaikan berita, sehingga turun surat Al-Hujurat ayat 6.
Wallaahu a'lam
(Btw. Artikel ini tidak ada hubungannya dengan isue saat ini)
2012
Komentar
Posting Komentar