Langsung ke konten utama

Perang Yarmuk




Pada tahun ke 13 H, pada saat ke-Khalifah-an Abu Bakar Radhiyallaahu 'anhu, terjadi sebuah perang, yaitu perang Yarmuk. Tahukah Kawan, bahwa sesungguhnya perang Yarmuk bisa dikatakan sebagai Perang Salib pertama. Pada waktu itu, pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid radhiyallahu 'anhu berjumlah 40.000 orang, dan Pasukan Romawi adalah 240.000 orang. Untuk menambah spiritual pasukan di barisan Romawi, terdapat pendeta-pendeta dan uskup.

Inilah perang yang menentukan seperti apa peta Geografi di jaman sekarang ini. Jika sampai Pasukan Muslimin kalah, maka Negara Makkah dan Madinah akan dihancurkan oleh Pasukan Romawi. Jika sampai Pasukan Romawi kalah, maka terbukalah pintu Provinsi Syam yang terdiri dari Palestina, Mesir, Syiria. Alhamdulillah, perang ini dimenangkan oleh pasukan Islam. Sehingga Mesir, Syiria, Palestina berhasil di-Islamkan. Bahkan, beberapa abad setelahnya, Daerah-daerah tersebut menjadi pusat peradaban Islam.

Lalu, Ada hal menarik yang terjadi pada saat itu dan diyakini salah satu yang menjadikan Umat Islam berhasil memenangkan perang Yarmuk. Mari kita simak sejarah yang telah berjalan. ...

Ketika perang Yarmuk telah usai, Heraklius bertanya kepada pasukannya kenapa Pasukan Romawi kalah. Padahal mereka mempunyai pasukan yang berlipat ganda dari pasukan Islam. Maka salah satu pasukan yang dituakan menjawab:

"Kami kalah disebabkan  mereka  shalat  di  malam  hari,  berpuasa  di  siang  hari, mereka menepati  janji, mengajak kepada perbuatan ma'ruf mencegah dari perbuatan mungkar  dan  saling  jujur  sesama  mereka. Sementara kita gemar meminum khamr,  berzina,  mengerjakan  segala  yang  haram,  menyalahi janji, menjarah harta,  berbuat  kezhaliman,  menyuruh  kepada kemungkaran, melarang dari apa-apa  yang  diridhai  Allah  dan  kita  selalu  berbuat  kerusakan  di bumi." Mendengar jawaban itu Heraklius berkata, "Engkau telah berkata benar." [Al Bidayah Wan Nihayah]

Indikasi perbuatan yang muncul dari pasukan muslim saat itu adalah shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, menepati janji, amar ma'ruf nahi munkar, dan kejujuran. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh para muslimin tersebut adalah representasi akidah yang kuat, kesholehan diri yang merata, dan kesholehan sosial yang saling menguatkan.


Kita coba lihat siapakah yang mengikuti perang Yarmuk. ...

Pasukan Islam pada Perang Yarmuk mempunyai keunggulan yang luar biasa. Setelah Nabi SAW meninggal, tidak pernah didapatkan lebih banyak sahabat Nabi ahli Badr yang terkumpul dalam suatu pasukan melebihi yang terkumpul dalam pasukan Yarmuk ini. Inilah keutamaan generasi yang dekat dengan Rasulullah.[Al Bidayah Wan Nihayah]

Perlu diketahui, Shahabat yang ikut perang Badar mempunyai keutamaan yang tersendiri. Salah satunya adalah yang disebutkan di hadits berikut :

"Bukankan dia termasuk ahlu Badar. Dan Allah telah mendatangi Ahlu Badar & berfirman: Silakan kalian berbuat apa yg kalian suka karena telah wajib bagi kalian untuk masuk ke dalam surga atau: Sungguh Aku telah mengampuni kalian. Maka air mata 'Umar bercucuran lalu berkata; Allah & Rasul-Nya lebih mengetahui." [HR Bukhori]

=====
Tapi, selain kekuatan ruhiyah, Umat Islam juga mempunyai pasukan yang kapabilitasnya sangat mencengangkan. Sebagai salah satu contoh kejadian yang sangat berkesam, seperti di film perang yang sangat heroik (salah satunya terbayang Film Red Cliff), Zubair bin Awwam menebus barisan Romawi dengan sangat mudah. Mari kita simak penuturan Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayahnya.

Zubair bin 'Awwam, adalah salah seorang pasukan muslimin dalam perang Yarmuk. Beliau adalah shahabat yang paling mulia dalam peperangan ini. Beliau adalah penunggang kuda yang sangat cekatan dan jagoan yang paling berani. Dalam peperangan ini berkumpullah sebagian  dari jagoan Islam maju mendekatinya dan berkata, "Maukah engkau menyerbu ke dalam barisan musuh dan kami akan ikut bersamamu ?". Zubair menjawab, "Kalian tidak akan sanggup". Mereka menjawab, "Ya, kami sanggup melakukan". Maka Zubair lalu menyerbu ke dalam barisan musuh bersama mereka. Ketika mereka akan masuk ke dalam pasukan musuh, para jagoan yang mengajak Zubair tadi tidak berhasil menerobos ke dalam pasukan musuh, sedangkan Zubair berhasil menembus barisan musuh hingga keluar pada sisi yang lain. Kemudian beliau kembali masuk dari arah yang dilalui itu hingga bertemu lagi dengan para jagoan yang mengajaknya tadi. Kemudian para jagoan  itu kembali bergabung dengannya untuk menyerbu ke dalam barisan musuh untuk kedua kalinya. Kemudian Zubair kembali melakukan sebagaimana yang  telah dilakukan tadi. Pada waktu itu Zubair mendapat dua luka diantara kedua bahunya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 14]

=====
Sekarang,

Ketika umat Islam sudah memaklumi atau tidak mencegah atau membenci orang yang minum khamr, zina, menjalankan yang haram sekitar kita, ketika umat Islam sudah tidak menjalankan shalat di malam hari, tidak berpuasa di siang hari, tidak menepati janji, dan tidak ber-amar ma’ruf nahi munkar, sudah bisa dipastikan bahwa umat Islam akan mengalami masa kemunduran. Ditambah, kapabilitas umat Islam yang seperti buih di lautan, banyak tapi dipertanyakan kualitasnya.


Wallahu A‘lam

Ali An Nashir....
di Kota Kembang, sambil menunggu dilakukannya kegiatan Tahsin

2011 direvisi Maret 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Material Absorbsi

Ada empat tipe bahan atau material  yang paling sering digunakan untuk mengontrol g angguan yang timbul karena adanya cacat akustik. Empat tipe bahan itu adalah Absorber, isolator, isolator vibrasi, dan damping. Namun di makalah ini hanya akan dibahas mengenai bahan untuk absorbsi.  Bahan absorbsi secara umum berfungsi untuk menyerap energi suara dengan tujuan menyeimbangkan reverberation time, menyerap gangguan yang tidak diinginkan, menghilangkan rentang fekuensi tertentu dan fungsi lainnya. Selain menambah kualitas akustik di suatu ruangan, aspek kenyamanan dan kesesuaian dengan komponen lain, misalnya pencahayaan, arsitek, dan lainnya, harus diperhatikan juga.  Setiap bahan absorbsi mempunyai koefisien absorbsi yang berbeda beda. Koefisien absorbsi suara suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara energi akustik yang diserap dengan energi akustik yang datang menimpa bahan tersebut. Koefisien absorbsi suara suatu bahan dapat dihitung dengan menggunakan

Semua akan Indah Pada Waktunya... Tasyabuh?

Larangan tasyabbuh edition.... "Semuanya Akan Indah pada Waktunya" ternyata kalimat tersebut dari BIBLE dan sudah menjadi syiar umum bagi kaum Nashrani (di Doa di nyanyian di Gereja). apakah kita akan menjadikan syiar mereka menjadi syiar kita sebagai umat Islam???? Insya Allah banyak kalimat dari Al Qur'an dan As Sunnah yang lebih baik dari perkataan tersebut. Salah satu contohnya adalah surat Fushilat ayat 30-31 atau Ali Imron yang berbunyi " wa saari'u ilaa maghfirotim mir Robbikum" ....dst. Eh kok ada yang beda di ayat tersebut? Yap, di sana TIDAK semuanya akan indah pada waktunya. Kita akan mendapatkan balasannya jika kita telah melakukan sesuatu terlebih dahulu (beriman, beramal, istiqomah dll) dan sudah dikehendaki oleh Allah. Jika tidak sependapat tidak apa-apa. Tapi bukankah kita lebih baik tidak atau berhati-hati untuk tidak bertasyabbuh? ------- ini bunyi kalimat tersebut di Bible...... "Ia membuat segala sesua

Unta Rahilah

“innamannaasa kal ibilil miati laa takaadu tajidu fiihaaa raahilah” “Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat)” [HR Bukhari, XX/151 No.6017] Apakah yang dimaksud dengan 'Rahilah itu'. Al-Khaththabi rahimahullah: “mayoritas manusia memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.’ (Fathul Bari, 11/343) Al Imam Nawawi rahimahullahu:”Orang yang diridhoi keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/10) Ibnu Baththal rahimuhullahu: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343) Apakah kita bisa menjadi Unta Rahilah itu di antara Umat islam