Langsung ke konten utama

Pernikahan Itu... (2): Saat Mencari dan Melamar


Saat  Mencari dan Melamar,

Jika sudah saat mencari, berarti memang sudah siap untuk mempunyai tanggung jawab yang lebih dahsyat dan lebih besar.

Pada saat mencari, maka point-point yang benar-benar saya pegang adalah sebagai berikut:

1. Jika kita sudah cenderung pada seseorang akhwat maka selidikilah secara detail segala tingkah lakunya, atau cari ciri-ciri yang membuat kita ridho pada calon tersebut. Setelah yakin dengan akhlaqnya dan sifat-sifatnya, maka datang dan lamarlah.

2. Jika belum ada kecenderungan, saya mempunyai kriteria yang lebih strict, yaitu harus berjilbab lebar, wajah tidak cantik pun tak masalah, asal ada potensi manut sama suami dalam hal yang benar, tunduk pada perintah Allah, dan punya ghirah yang besar.

3. Ketika saya datang ke rumah orang tuanya, saya sudah tidak coba-coba, jadi saya sudah yakin dengan pilihan saya. Saya tidak ingin datang ke rumah akhwat hanya untuk sekedar 'coba-coba' nadhor. Jadi, yang memutuskan diteruskan tidaknya adalah sang akhwat.

4. Selalu istikhoroh ketika menjalankan segala keputusan karena yang tahu segalanya dan masa depan kita seperti apa hanyalah Allah. Maka, dengan istikhoroh, minimal kita telah curhat dan melibatkan Allah di segala sisi kehidupan kita.

5. Yang paling penting adalah meluruskan niatnya.

Hmmm, proses mencari ini tidaklah mudah, banyak halangan dan rintangan sebelum menuju ke tujuan akhir. Jika kita sudah declare kita sudah siap menikah maka akan banyak yang menawarkan kepada kita temannya, anaknya, ponakannya, adiknya dan sebagainya. Akan tetapi, tetap saja, kita harus obyektif dan selalu meminta petunjuk kepada Allah ketika menyelidiki yang ditawarkan. Kita lihat lingkungan pergaulannya, di mana dia berkegiatan, bagaimana tingkah lakunya di facebook, siapa teman dekatnya dan bagaimana tingkah lakunya menurut orang-orang terdekatnya.

Selama proses ada baiknya memakai perantara atau mak comblang. Mak comblang sebaiknya adalah seorang yang paham agama  dan sudah menikah. Jangan sampai mak comblang adalah teman yang berpotensi untuk mendekati zina lagi.


Hufft, misalnya kini sudah ketemu nih akhwat sasaran kita selanjutnya. Berjilbab lebar iya, ghirahnya lumayan, mudah diluruskan, dan suka ilmu. Nah, saatnya datang ke rumahnya untuk ta'aruf dan khitbah. Pada saat ta'aruf dilakukan, pastikan ada mahrom dari akhwat, contohnya bapaknya.


Bisa jadi, ketika kita sudah menentukan pilihan, ternyata itu adalah pilihan yang salah. Dia bukan jatah kita, dia jatah orang lain sehingga si pilihan menolak diri kita. Bisa jadi, jika kamu menikah dengannya akan membuat diri kita jadi tambah buruk atau membuat si pilihan bertambah buruk,  atau bisa jadi kita diberi jatah untuk membaikkan orang lain.

Setelah khitbah dan sudah pasti jawabannya, saatnya lamaran secara resmi dilakukan, datangilah sang akhwat sekali lagi dan membawa rombongan keluarga.

Sebelum ta'aruf kita harus sudah berhasil membunuh rasa cinta (baca: isyq) yang tertinggal dengan berdoa pada Allah. Berdoa agar sembuh dari penyakit isyq. Misalnya, agar jika memang bukan jodoh, maka segerakanlah dia menikah. Tidak ada patah hati dalam kamus hidup kita, tapi adanya sembuh dari penyakit hati.


Bagaimana pengalaman saya?

Saya nemu akhwat pasangan saya karena dikenalkan oleh seorang mak comblang yang sudah menikah. Dan karena ada ketertarikan, langsung saya selidiki untuk serius.

Saya yakin, setiap proses dari setiap orang akan berbeda dan punya ujian yang berbeda pula. Proses saya pun juga ada yang menguji hati dan perasaan, tapi alhamdulillah jika jodoh akan menguap.


Pada saat ta'aruf, itu adalah saat pertama kalinya saya bertemu dengannya. Dan tidak ada kesan saya tertarik dengan kecantikannya, tetapi lebih kepada sikap-sikapnya dan perjuangannya di jaman sekolahnya. Eh, tapi, apa saya menganggap pasangan saya tidak cantik? Tunggu saja di seri selanjutnya.


Bersambung...(Pernikahan itu...(3): Saat Mengambil Seorang Putri dari Sang Wali)
Kualam Lumpur-Wangsa Maju
11 Oktober 2014


Kiriman terkait 
Pernikahan (4): 

Pernikahan (1):

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#Pembinaan Diri (3)

(Lanjutan....) Setelah sekian lama, tulisan sederhana ini akhirnya bisa diselesaikan. Maklum, hampir full akitivitas, mulai dari 4 minggu sebelum Ramdahan sampai sekarang. Ok, mari kita lanjutkan. Tapi, sebelumnya, alhamdulillah ada beberapa habbit yang bisa jelek yang bisa diubah beberapa minggu terakhir. Ini semata-mata karena pertolongan Allah yang telah memberikan hidayah pada penulis. Sekarang the next habbits jelek yang perlu diatasi. Tidak perlu tergesa-gesa, tapi nikmati prosesnya.... :D. Jika artikel sebelumnya adalah kumpulan status, maka untuk tulisan kali agak berbeda. Sebelum masuk ke inti bahasan, mari kita review lagi makna dari ' Pembinaan Diri' . Apa sih Pembinaan Diri? Pembinaan Diri adalah Serangkaian program/ Sebuah Komitmen untuk membina dirinya sendiri dengan sarana-sarana yang sebenarnya berserakan di kehidupan keseharian kita. (Jadi bahasa tekniknya adalah dioptimasi agar lebih efektif) Pembinaan sendiri mempunyai tujuan agar ses

Semua akan Indah Pada Waktunya... Tasyabuh?

Larangan tasyabbuh edition.... "Semuanya Akan Indah pada Waktunya" ternyata kalimat tersebut dari BIBLE dan sudah menjadi syiar umum bagi kaum Nashrani (di Doa di nyanyian di Gereja). apakah kita akan menjadikan syiar mereka menjadi syiar kita sebagai umat Islam???? Insya Allah banyak kalimat dari Al Qur'an dan As Sunnah yang lebih baik dari perkataan tersebut. Salah satu contohnya adalah surat Fushilat ayat 30-31 atau Ali Imron yang berbunyi " wa saari'u ilaa maghfirotim mir Robbikum" ....dst. Eh kok ada yang beda di ayat tersebut? Yap, di sana TIDAK semuanya akan indah pada waktunya. Kita akan mendapatkan balasannya jika kita telah melakukan sesuatu terlebih dahulu (beriman, beramal, istiqomah dll) dan sudah dikehendaki oleh Allah. Jika tidak sependapat tidak apa-apa. Tapi bukankah kita lebih baik tidak atau berhati-hati untuk tidak bertasyabbuh? ------- ini bunyi kalimat tersebut di Bible...... "Ia membuat segala sesua

Unta Rahilah

“innamannaasa kal ibilil miati laa takaadu tajidu fiihaaa raahilah” “Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat)” [HR Bukhari, XX/151 No.6017] Apakah yang dimaksud dengan 'Rahilah itu'. Al-Khaththabi rahimahullah: “mayoritas manusia memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.’ (Fathul Bari, 11/343) Al Imam Nawawi rahimahullahu:”Orang yang diridhoi keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/10) Ibnu Baththal rahimuhullahu: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343) Apakah kita bisa menjadi Unta Rahilah itu di antara Umat islam