Langsung ke konten utama

Pernikahan Itu... (1): Sebelum Menikah Sebelum Mencari


Sudah sekian lama tidak meng-'update' tulisan di blog ini.

Kali ini saya akan mencoba membahas tentang sebuah pra, pas, dan ketika pernikahan...

Sebelum Menikah Sebelum Mencari,
Sebelum menikah adalah saat yang paling seru dan sangat berperan untuk menentukan seperti apa wujud pernikahan kita nantinya, seperti apa macam kehidupan yang akan kita punya. Saya akan coba persempit pokok pembicaraan hanya tentang diri saya, ya diri saya bukan orang lain.

Hal pertama yang saya rasakan sebelum menikah adalah suatu rasa keingintahuan, ketidakpastian, kegalauan/kecemasan akan sesuatu masa depan yang tidak pasti. Siapakah jodoh kita nanti, bagaimanakah nasib pernikahan kita nanti. Maka sebenarnya Allah sudah punya beberapa jawaban berikut, yaitu,

1. Yang baik untuk yang baik, yang buruk untuk yang buruk. (Cek saja An Nur 26)
2. Jika sendiri lalu menikah maka yang miskin akan dicukupkan oleh Allah asal sudah siap. (Cek An Nur 52)
3. Allah membuat pernikahan sebagai sesuatu sebab terjadinya sakinah mawaddah wa rahmah. (Cek Ar Rum 21)

Maka tenangkan hati ini dengan janji-janji di atas. Mempersiapkan diri dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Walau kadang cinta itu selalu menghantui, hati harus tetap tegar dan simpan dalam-dalam dan kalau perlu hilangkan.

Mari kita jadikan diri kita tawakkal karena janji Allah bukan tawakkal pada kesiapan kita. Boleh saja kita bersiap, tetapi jangan sampai selalu mengkhawatirkan apakah persiapan kita sudah bisa diandalkan untuk masa depan. Hidup ini bukan tentang seperti apa masa depan, tapi tentang bagaimana tawakkal kita pada Allah membuat kita berikhtiar maksimal dengan apa yang ada untuk masa depan.

Hal-hal lain yang penting:
1. Jangan pacaran karena mendekati zina (Cek surat Al Isra')
2. Ukur daya tahan diri jika mau ikut kotor dalam hal yang syubhat untuk membawa perbaikan. Misalnya, kita ingin memperbaiki suatu organisasi yang banyak ikhtilat dan maksiat di dalamnya, Maka harus pandai mengukur setahan apa diri kita untuk tidak melanggar Allah jika sampai ikut berkotor-kotor.
3. Berdoa pada Allah agar mendapat pasangan terbaik, anak-anak yang terbaik dan keluarga di syurga yang terbaik.
4. Jangan terlalu memberi PHP apa lagi berupa janji monyet berkedok 'komitmen' kepada seorang akhwat karena kita tidak tahu seperti apa dia nanti dan kamu akan seperti apa nanti. Dan pasti akan menambah probabilitas/kemungkinan untuk berbuat maksiat dan kena penyakit Isyq.

Saya punya beberapa teman yang ber-'komitmen' menikah pada saat SMA. Apakah mereka awet sampai menikah? Ternyata banyak yang kandas di tengah jalan sehingga ada hati yang terluka setelah menunggu sekian lamanya. Bagi yang sudah terlanjur berkomitmen, maka ketahuilah bahwa hal itu adalah komitmen yang salah. Lebih baik batalkan dan jangan lupa kaffarah sumpahnya juga dibayar.

Bagaimana pengalaman saya dahulu?
Pernah juga saya jatuh cinta. Tapi, saya memilih menyimpan dan tidak mengungkapkannya. Walaupun rasa cinta yang kadang datang silih berganti, tetap  tidak ingin mengungkapkannya. Apalagi ketika masih belum mau untuk menikah. Bertekad jadi 'jomblo sampai halal'.

Bersambung... (Pernikahan Itu... (2): Saat Mencari dan Melamar)
Wangsa Maju-Kuala Lumpur

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#Pembinaan Diri (3)

(Lanjutan....) Setelah sekian lama, tulisan sederhana ini akhirnya bisa diselesaikan. Maklum, hampir full akitivitas, mulai dari 4 minggu sebelum Ramdahan sampai sekarang. Ok, mari kita lanjutkan. Tapi, sebelumnya, alhamdulillah ada beberapa habbit yang bisa jelek yang bisa diubah beberapa minggu terakhir. Ini semata-mata karena pertolongan Allah yang telah memberikan hidayah pada penulis. Sekarang the next habbits jelek yang perlu diatasi. Tidak perlu tergesa-gesa, tapi nikmati prosesnya.... :D. Jika artikel sebelumnya adalah kumpulan status, maka untuk tulisan kali agak berbeda. Sebelum masuk ke inti bahasan, mari kita review lagi makna dari ' Pembinaan Diri' . Apa sih Pembinaan Diri? Pembinaan Diri adalah Serangkaian program/ Sebuah Komitmen untuk membina dirinya sendiri dengan sarana-sarana yang sebenarnya berserakan di kehidupan keseharian kita. (Jadi bahasa tekniknya adalah dioptimasi agar lebih efektif) Pembinaan sendiri mempunyai tujuan agar ses

Semua akan Indah Pada Waktunya... Tasyabuh?

Larangan tasyabbuh edition.... "Semuanya Akan Indah pada Waktunya" ternyata kalimat tersebut dari BIBLE dan sudah menjadi syiar umum bagi kaum Nashrani (di Doa di nyanyian di Gereja). apakah kita akan menjadikan syiar mereka menjadi syiar kita sebagai umat Islam???? Insya Allah banyak kalimat dari Al Qur'an dan As Sunnah yang lebih baik dari perkataan tersebut. Salah satu contohnya adalah surat Fushilat ayat 30-31 atau Ali Imron yang berbunyi " wa saari'u ilaa maghfirotim mir Robbikum" ....dst. Eh kok ada yang beda di ayat tersebut? Yap, di sana TIDAK semuanya akan indah pada waktunya. Kita akan mendapatkan balasannya jika kita telah melakukan sesuatu terlebih dahulu (beriman, beramal, istiqomah dll) dan sudah dikehendaki oleh Allah. Jika tidak sependapat tidak apa-apa. Tapi bukankah kita lebih baik tidak atau berhati-hati untuk tidak bertasyabbuh? ------- ini bunyi kalimat tersebut di Bible...... "Ia membuat segala sesua

Unta Rahilah

“innamannaasa kal ibilil miati laa takaadu tajidu fiihaaa raahilah” “Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat)” [HR Bukhari, XX/151 No.6017] Apakah yang dimaksud dengan 'Rahilah itu'. Al-Khaththabi rahimahullah: “mayoritas manusia memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.’ (Fathul Bari, 11/343) Al Imam Nawawi rahimahullahu:”Orang yang diridhoi keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/10) Ibnu Baththal rahimuhullahu: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343) Apakah kita bisa menjadi Unta Rahilah itu di antara Umat islam