Langsung ke konten utama

Jangan Jadi Lilin, Jadilah Lampu



Karena Lilin akan terus memberikan manfaat kepada orang lain, tapi diri nya sendiri ikut meleleh, dan akhirnya dia hilang…
Lampu perlu energy agar dapat menyala, perlu pembersihan agar nyala nya selalu terang, perlu istirahat agar berumur panjang, dan tetap akan menerangi sekitarnya….

Lilin ketika menyinari ruangan di sekitarnya, dia akan mengeluarkan segala sumber daya yang ada pada dirinya. Pada saat menggunakan sumber daya yang ada pada dirinya, dia tidak bisa mengisi dirinya dengan sumber daya dari luar. Sekalipun ingin dilakukan, dia tidak bisa melakukannya karena memang desain lilin tidak memungkinkan untuk melakukannya. Sehingga pada akhirnya, dia hanya bisa memberikan manfaat, tanpa sempat mengisi kembali dirinya. Seorang muslim bisa jadi sebuah lilin. Hal ini terjadi jika sampai seorang muslim selalu berkarya di bidangnya sehingga dia bermanfaat pada orang lain, tetapi sampai melupakan ibadahnya.


Energi itu adalah pasokan-pasokan ilmu yang muncul dari proses pembinaan. Pembersihan itu adalah hasil dari proses pembersihan kotoran-kotoran hati yang pasti selalu dating pada saat jalan perjuangan ini ditempuh. Istirahat itu adalah saat-saat ibadah dilakukan dan menghadap kepada-Nya. Cahaya yang terang itu adalah manfaat yang dimanfaatkan oleh orang-orang sekitarnya. Dan ketika sudah tiba saatnya, maa tasbiqu min ummatin ajalahaa wa maa yasta’khiruun. Dia akan meninggal. Efisiensi energy llistrik yang diterima dan tingkat energy pada setiap luasan di permukaan yang dipancarkan adalah efisiensi ruhiyah yang dapat dikonversi jadi manfaat untuk orang-orang di sekitarnya.

Setiap muslim pasti menyimpan potensi untuk berkembang. Potensi ini harus dikembangkan sampai bisa bermanfaat pada Diharapkan setiap orang muslim menebar manfaat, baik kepada sesame orang muslim maupun dengan umat lain. Potensi ini tak akan muncul tanpa adanya usaha-usaha untuk memunculkannya. Usaha tersebut dapat bersumber dari eksternal ataupun bersumber dari  internal. Dari eksternal, dapat berupa orang atau lembaga yang memberi  kita binaan. Tetapi, yang lebih powerful lagi adalah pembinaan yang bersumber dari internal. Pembinaan yang bersumber dari internal salah satunya direpresentasikan oleh motivasi diri yang terdapat pada seseorang.

Jika kita mengambil perumpamaan lampu, supaya lampu dapat memberikan efisiensi yang maksimal agar bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya, hal-hal berikut harus diperhatikan :

  •  Desain lampu 
  • Sumber energi lampu 
  •  Perawatan Lampu

Hal-hal tersebut akan dibahas satu persatu di tulisan singkat ini.

Mendesain Karakter Diri Kita

Pada proses desain tersebut, kita harus mendefinisikan apa kebutuhan kita. Lalu merencanakan langkah-langkah yang akan diambil. Resources (sumber daya) yang tersedia di sekitar kita perlu diperhatikan availibilitasnya (ketersediaannya). Kemudian, rencana tersebut dijalankan sampai terbentuk sebuah lampu. Ketika sebuah lampu sudah jadi, ketahanannya akan diuji dengan cara menyalakan terus menerus untuk mengetahui umur dari lampu tersebut. Demikianlah, proses desain lampu yang disederhanakan.

Proses desain pada seorang manusia adalah bentuk pembinaan eksternal yang paling awal. Pembinaan eksternal ini bisa dilakukan di dalam keluarga, atau ketika si pelaku pertama kali mendapat hidayah. Tetapi, pembinaan eksternal tidak bisa dilakukan terus menerus. Pembinaan eksternal harus berlanjut ke pembinaan yang bersumber dari internal (Pembinaan Internal). Saat kita menjalankan Pembinaan Internal, saat itulah kita dapat mendesain karakter diri kita.

Saat Pembinaan Internal, kita tentukan capaian apa yang kita inginkan, rencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan. Jangan lupakan Sumber daya yang ada di sekitar kita. Lalu, kita jalankan Rencana tersebut secara bertahap. Bedanya dengan lampu, selama perjalanan pembinaan Internal tersebut, manusia dapat memberikan manfaat ke sekitarnya. Proses pengujian dilakukan pada saat pembinaan berjalan juga.

Usaha Menambah Iman Kita adalah Energy yang Terbaik untuk Lampu Ini….


Lampu membutuhkan energy secara kontinyu agar dapat terus memancarkan cahaya. Bagi seorang muslim, energy ini adalah kadar iman. Iman sendiri bisa bertambah dan berkurang. Dalil yang mengatakan bahwa iman bisa bertambah adalah surat Ali Imron 173 yang berbunyi “….maka perkataan itu menambah keimanan mereka “. Jika iman bisa bertambah, tentu iman juga bisa berkurang.
Usaha menambah kadar Iman dapat dilakukan dengan cara menuntut ilmu, beribadah,  berkumpul dengan  orang sholih.[I1]  Selain menambah kadar iman, agar manfaat yang disampaikan ke orang lain maksimal, tentukan bidang yang akan digeluti. Kemudian, tuntut ilmu dalam bidang tersebut.
Satu poin penting lagi, Lampu harus diberikan energi listrik yang sesuai dengan spesifikasi lampu tersebut. Begitu pula diri kita, jangan sampai kita terlalu berlebihan atau terlalu meremehkan dalam hal ibadah dan menuntut ilmu dunia. Kita harus menjaganya agar seimbang.

Muhasabah dan Taubat untuk Menghilangkan Debu-Debu yang Menempel Di Lampu Ini…


Lampu supaya performansinya maksimum, harus dibersihkan secara rutin. Jika tidak pernah dilakukan, hal ini akan mengakibatkan efisiensinya berkurang dan energy yang terubah menjadi panas semakin banyak.

Bagi seorang muslim, untuk menghilangkan debu-debu yang timbul ketika beraktivitas menghasilkan manfaat pada orang lain, dapat dilakukan dengan dua cara:

  1. Muhasabah
  2. Taubat
  3. Dan komponen yang tidak boleh dilupakan adalah Ikhlas.

Muhasabah dan Taubat


Muhasabah seharusnya dilakukan secara rutin untuk menghisab dirinya sendiri agar dapat mengetahui amal sholeh yang telah diperbuatnya dan dosa yang telah diperbuatnya. Salah satu ayat yang dapat dijadikan rujukan mengenai hal ini adalah surat Al Hasyr 18. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat ini mensyariatkan agar seorang mukmin menghisab dirinya sebelum dihisab di akhirat nanti. Kemudian, perlu diperkirakan tabungan berupa amal sholeh untuk akhirat sudah seberapa banyak. Dalam ayat tersebut, perintah untuk bermuhasabah didahului dengan perintah taqwa dan diakhiri perintah taqwa. Ternyata, muhasabah cukup besar urgensinya.

Taubat dilakukan terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan baik disengaja ataupun tidak. Dengan muhasabah, maka dosa-dosa yang telah diperbuatnya akan diketahui lebih spesifik.

Ikhlas


Ikhlas mengharapkan balasan dari Allah adalah pra syarat sebelum melakukan proses pembinaan diri ini. Setan akan berusah mencari celah untuk memalingkan kita dari tujuan awal ini. Berkaitan dengan muhasabah, hendaknya hal yang pertama kali dihisab dari dirinya adalah kelurusan niatnya. Lurus tidaknya niat adalah indikasi ada tidaknya syirik kecil di dalam seseorang atau sudah murni atau tidak aqidah kita. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang diberi keikhlasan dalam hatinya (mukhlis) seperti di surat Al Hijr 39-40 dan Shaad 82-83.

Berkarya dan berprestasi agar terus bercahaya untuk memberikan manfaat


Sebenarnya, ketiga konsep di atas, desain lampu, pemberian energi untuk lampu, perawatan lampu, masuk dalam lingkup pembinaan untuk diri seorang muslim. Pembinaan diri tanpa diiringi karya nyata seperti pohon yang tidak berbuah. Maka, pada waktu dilakukan pembinaan diri, juga harus diiringi kegiatan untuk berkarya dan berprestasi.

Jangan sampai efisiensi di dalam diri kita sangat jelek, sehingga banyak ilmu yang telah diberikan kepada kita hanya berhenti menjadi panas. Panas tidak memberikan manfaat kepada orang di sekitarnya. Alih-alih memberikan manfaat, panas dapat menghancurkan komponen dalam diri lampu tersebut.

Ketika berprestasi pun, jangan sampai muncul kesombongan. Sikap Hauna (rendah hati) harus tetap dijaga. Seperti di Al Furqon ayat 63, haunan adalah salah tanda ibadurrahman yang akan diberi balasan surga.
--------


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Material Absorbsi

Ada empat tipe bahan atau material  yang paling sering digunakan untuk mengontrol g angguan yang timbul karena adanya cacat akustik. Empat tipe bahan itu adalah Absorber, isolator, isolator vibrasi, dan damping. Namun di makalah ini hanya akan dibahas mengenai bahan untuk absorbsi.  Bahan absorbsi secara umum berfungsi untuk menyerap energi suara dengan tujuan menyeimbangkan reverberation time, menyerap gangguan yang tidak diinginkan, menghilangkan rentang fekuensi tertentu dan fungsi lainnya. Selain menambah kualitas akustik di suatu ruangan, aspek kenyamanan dan kesesuaian dengan komponen lain, misalnya pencahayaan, arsitek, dan lainnya, harus diperhatikan juga.  Setiap bahan absorbsi mempunyai koefisien absorbsi yang berbeda beda. Koefisien absorbsi suara suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara energi akustik yang diserap dengan energi akustik yang datang menimpa bahan tersebut. Koefisien absorbsi suara suatu bahan dapat dihitung dengan menggunakan

Semua akan Indah Pada Waktunya... Tasyabuh?

Larangan tasyabbuh edition.... "Semuanya Akan Indah pada Waktunya" ternyata kalimat tersebut dari BIBLE dan sudah menjadi syiar umum bagi kaum Nashrani (di Doa di nyanyian di Gereja). apakah kita akan menjadikan syiar mereka menjadi syiar kita sebagai umat Islam???? Insya Allah banyak kalimat dari Al Qur'an dan As Sunnah yang lebih baik dari perkataan tersebut. Salah satu contohnya adalah surat Fushilat ayat 30-31 atau Ali Imron yang berbunyi " wa saari'u ilaa maghfirotim mir Robbikum" ....dst. Eh kok ada yang beda di ayat tersebut? Yap, di sana TIDAK semuanya akan indah pada waktunya. Kita akan mendapatkan balasannya jika kita telah melakukan sesuatu terlebih dahulu (beriman, beramal, istiqomah dll) dan sudah dikehendaki oleh Allah. Jika tidak sependapat tidak apa-apa. Tapi bukankah kita lebih baik tidak atau berhati-hati untuk tidak bertasyabbuh? ------- ini bunyi kalimat tersebut di Bible...... "Ia membuat segala sesua

Unta Rahilah

“innamannaasa kal ibilil miati laa takaadu tajidu fiihaaa raahilah” “Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat)” [HR Bukhari, XX/151 No.6017] Apakah yang dimaksud dengan 'Rahilah itu'. Al-Khaththabi rahimahullah: “mayoritas manusia memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.’ (Fathul Bari, 11/343) Al Imam Nawawi rahimahullahu:”Orang yang diridhoi keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/10) Ibnu Baththal rahimuhullahu: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343) Apakah kita bisa menjadi Unta Rahilah itu di antara Umat islam