Prestasi
dan Karya tanpa kesadaran akan Izzah (kemuliaan Islam) akan gampang
dimanfaatkan dan direbut oleh umat lain….
…Maka
Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir….(Al A’raaf
176)
Kenapa teropong
waktu? Istilah ini saya pilih karena dengan mempelajari Sirah dan Tarikh,
seakan-akan kita bisa melihat masa lalu dengan teropong tersebut. Dengan
teropong waktu itu, kita dapat mengamati sejarah yang biasanya akan berulang
dengan ibroh dan hikmah yang bisa diambil.
Apakah cukup
dengan melihat? Tidak, ketika kita menjadikan sejarah hanya sebatas bacaan dan
hafalan, Sirah dan Tarikh tidak akan berdampak apapun bagi diri kita. Dari
sejarah, kita dapat menemukan berbagai hal. Pengambilan pelajaran (Ibroh) dari
kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh kaum terdahulu sehingga pada
zaman ini kita tidak membuat kesalahan yang sama. Pengambilan hikmah dari
kelebihan-kelebihan yang dimiliki kaum-kaum terdahulu sehingga kita dapat
memunculkannya kembali di waktu yang tepat.
Pembelajaran
tentang sejarah, terutama Kisah Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam, dan
Pembinaan Iman saling mendukung antara satu dengan lainnya. Salah satu wujud
Iman kepada Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wa Sallam adalah dengan mengetahui
sejarah perjalanan beliau ketika masa kerasulannya. Saat ini, lihatlah
kemiskinan iman ini terjadi di mana-mana. Orang yang mengaku muslim tidak
mengerti akan Sirah atau sejarah Nabi mereka. Perkataan orang yang
mengaku Nabi adalah teladan mereka hanya berhenti sampai kerongkongan tidak
sampai terefleksikan ke perbuatannya. Sementara itu, sejarah Islam yang dapat
dijadikan sebagai sumber kebanggan Islam diabaikan dan berceceran di sana-sini.
Di sisi lain,
budaya sekular berusaha menjauhkan orang Islam dengan Sejarah Islam. Di
bangku-bangku sekolah, sejarah Islam sangat minim diajarkan. Kalaupun
diajarkan, hanya berfokus pada konflik dan sekilas tentang kebudayaan Islam
tanpa menunjukkan besarnya sejarah yang dimiliki oleh umat Islam. Jadi,
murid-murid hanya mendalami Sejarah Islam tanpa pendekatan Iman.
Sekilas
tentang pembinaan diri…
Dalam rangka
pembinaan Iman, setiap muslim diharuskan membina dirinya masing. Yang dimaksud
pembinaan diri di sini adalah seorang muslim yang memberikan kepada dirinya
serangkaian pembinaan agar menjadi seorang muslim yang semakin paham akan
agamanya, semakin bagus akhlaqnya, dan semakin spesialisasi di bidang
keahliannya.
Pembinaan diri
sendiri dapat berupa pembinaan di bidang ukhrowi (berorientasi pada akhirat,
contoh ikut majlis taklim dan ibadah) ataupun duniawi. Saya kira kita sudah
paham kenapa penting pembinaan perlu dilakukan pada bidang ukhrowi. Tapi kenapa
pembinaan diri juga pada bidang duniawi? Untuk memperbaiki masalah umat, maka
seorang muslim yang mempunyai spesialisasi tertentu dituntut untuk memberikan
kontribusinya pada Islam.
Lalu apa peran
‘Teropong Waktu’ terhadap pembinaan diri kita? Jika kita hanya belajar tentang
aqidah, ibadah, akhlaq, kita akan mendapatkan semangat untuk menegakkan aqidah
pada diri kita dan orang lain, beribadah lebih banyak, dan berakhlaq dengan
baik. Tapi, ada rantai yang hilang. Bagaimana ruh perjuangan atau ghirah untuk
berdakwah dapat dikobarkan tanpa mengetahui bagaimana perjuangan Rasulullah di
kala dakwah dikembangkan, ketika system masyarakat Islam diwujudkan, ketika
krisis muncul, ketika menghadapi penghianatan?
Kisah Nabi pada
waktu berdakwah dengan berbagai rintangan dan halangan di Makkah selalu menjadi
spirit bagi para pendakwah ketika menghadapi berbagai rintangan di era modern
ini. Kisah Nabi pada waktu melakukan fathu Makkah menjadi pelajaran berharga
bahwa balas dendam tidaklah terdapat di jalan dakwah. Peristiwa Perang Badar
dan Perang Khandaq menjadi penyemangat bahwa Allah pasti selalu bersama para
hamba Nya dan akan memberikan pertolongan pada waktu yang tepat. Dan masih
banyak lagi kisah Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi sumber
inspirasi para pelaku dakwah saat ini.
Sirah memang
penting, kalau sejarah yang lain? Kisah sejarah Islam yang lain bukan prioritas
utama. Tetapi, bagi yang mengaku mau berkontribusi dalam peradaban Islam lebih
baik mempunyai pengetahuan tentang para pendahulunya di berbagai zaman. Dengan
demikian, langkah para pembelajar ini akan semakin mantap dan sadar bahwa
dibandingkan umat terdahulu, umat Islam sekarang masih tertinggal jauh.
‘Teropong
Waktu’ sebagai sarana pembinaan diri diharapkan mempunyai output sebagai
berikut:
1.
Muslim yang lebih beriman dan berakhlaq
2.
Penunjang kemunculan rasa kebanggaan akan Islam.
3.
Dia akan lebih bisa menentukan Visi untuk masa depan dirinya
4.
Kesadaran bahwa dirinya belum apa-apa dibanding perjuangan para
tokoh jaman dahulu.
Dengan mendapatkan pengetahuan tentang sirah, seorang muslim baru
mendapatkan pemahaman dan kesadaran. Yang lebih penting dari pemahaman adalah
action atau perbuatan apa yang muncul setelah mempunyai kesadaran tersebut.
Bagaimana cara Si ‘Teropong Waktu” bisa membantu pembinaan diri
kita?
Bagaimana cara
agar si teropong waktu dapat menjadi sarana pembinaan diri yg tepat bagi kita?
1.
Agendakan
Salah satu
penyakit yang ada pada manusia adalah panjang angan. Salah satu ciri dari sifat
panjang angan adalah menunda-nunda kebaikan. Karena masih ada hari esok, dia
menunda ibadah yang akan dilakukan. Di sisi lain, manusia pada umumnya mempunyai
kesibukan masing-masing sesuai dengan hobinya dan kewajibannya. Maka jawaban yg
paling pas untuk mengatasi masalah ini adalah mengagendakan waktu dan tempat yg
khusus untuk menghayati sirah dan tarikh.
2.
Pemilihan sarana yang tepat
Memilih sarana
yang tepat untuk mempelajari sirah dan tarikh dalam hidup kita. Dalam pemilihan
sarana yang harus diperhatikan adalah sumbernya agar dapat ilmu yang shahih,
waktunya agar dapat pembelajaran maksimal, tempatnya agar terkondisikan dengan
baik.
Bentuk
sarananya dapat berupa buku, rekaman, ataupun video. Salah satu yang paling
popular dan mudah dilacak sumbernya adalah buku. Di antara prioritas buku yang
perlu di baca adalah sebagai berikut:
a.
Sirah Nabawiyah
i.
Fiqhus Sirah
ii.
Sirah Nabawiyah
b.
Kisah Khilafaur Rasyidin
c.
Kisah-kisah sahabat, sahabiyah, dan para tabiin.
d.
Kisah Bani Umayah, Andalusia, Bani Abbasiyah, Turki Utsmani
e.
Sejarah-Sejarah Penyebaran Islam di berbagai penjuru, China,India,
Andalusia, Indonesia
f.
Sejarah Islam Di Indonesia
g.
Sejarah-Sejarah Islam kontemporer di Berbagai belahan dunia
Sirah Nabawiyah
terdapat di urutan pertama karena sirah nabawiyah menjadi bagian dari keimanan
kita kepada Rasulullah (seperti yang telah dituliskan di awal tulisan). Sirah
Nabawiyah memaparkan tentang perjalanan Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa
sallam dari kecil sampai beliau meninggal. Buku sirah yang termasuk awal mula
ditulis adalah Sirah Ibnu Hisyam dan Al Bidayah Wan Nihayah oleh Ibnu Katsir. Buku
sirah yang ditulis pada zaman ini adalah Sirah Nabawiyah Syeikh Al Mubarakfuri,
Sirah Nabawiyah Al Buti, Sirah Nabawiyah Haikal dan masih banyak lagi. Buku
Fiqhush Sirah adalah buku yang berusaha menganalisis perjalanan Rasulullah dan
bagaimana pengaplikasiannya di zaman sekarang. Salah satu buku sirah yang
ditulis di jaman ini adalah Manhaj Haroki.
Yang tidak kalah penting dengan sirah adalah para sahabat Nabi
Shalallaahu ‘alaihi wa sallam. Sirah shahabat perlu dibaca, karena inilah contoh
generasi yang berhasil menjadikan Khatimul Anbiya' sebagai qudwahnya. Kita juga
dapat lihat perjuangan dan perjalanan para shahabat untuk mendapatkan ridho
Allah atau hidayah Allah. Aplikasi perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat akan
lebih membumi dengan kita karena sama-sama dalam posisi menuntut ilmu dari
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam Para Shahabat juga mempunyai berbagai
karakter dan keunikan masing-masing yang tidak saling melemahkan tapi saling
menguatkan dakwah di bawah bendera Rasulullah.
Mencoba Menempatkan diri di dalam peradaban
Dengan kesadaran
bahwa sejarah dibentuk dari titik-titik kecil orang yang berhimpun membentuk
peradaban, seorang muslim hendaknya berusaha memposisikan diri di dalam peradaban. Mari tentukan di bidang
mana kita berkontribusi dan sungguh-sungguhlah di sana, jadilah yang terbaik di
sana dan berkontribusilah pada umat. Mari menjadikan sirah sebagai sarana
pembinaan diri! Bismillah.
Komentar
Posting Komentar