Alhamdulillah, sudah setahun berlalu belajar di Malaysia, di Universiti Teknologi Malaysia, yang bisa dibilang sebagai ITB nya Malaysia.
Lain ladang lain belalang, lain kolam lain ikannya.
Masyarakat malaysia punya kultur yang khas yang tidak saya dapati di indonesia. Dari sekian perbedaan, salah satunya adalah kultur menulis paper di universitas. Lebih-lebih saya mengambil program dengan basis riset.
Walaupun dengan tantangan berupa harus hidup jauh dari istri yang baru dinikahi setahun. Dengan menahan rindu yang harus ditahan karena harus menjaga amanah beasiswa. Alhamdulillah, sudah berhasil membuat satu paper yang dibuat dengan susah payah setelah melakukan modelling yang telah dianalisis dan merupakan hasil baca berbulan-bulan, berpuluh-puluh paper.
Dari sependek pengalaman yang didapat, ada beberapa tips awal menulis yang saya dapatkan, diantaranya seperti di bawah ini.
- baca sebanyak-banyaknya tulisan yang relevan dengan topik riset, mulai dari yang general, buku, review paper, journal paper
- lalu brain storming dan dipilah mana yang paling relevan dari sekian bacaan tersebut.
- start menulis dengan membuat kerangka dengan menentukan urutan ide utama dari setiap paragraph. Pastikan kerangkanya funelling atau berbentuk corong, dari umum ke khusus. Saya sudah berbuat salah di awal, membuat tulisan bahasa inggris sebanyak 31 halaman, harus dirombak ulang karena ternyata belum funneling ( --)'
- pastikan penomoran revisinya bener. Tidak jarang saya menumpuk revisi lama dengan revisi baru ketika lupa memberi nomor revisi. Bahkan itu terjadi pada saat sidang akhir di s1 (kok bisa ya?). Pada saat buka slide presentasi, lho inikan versi yang sebelum terakhir. Karena kadung lupa dimana naruhnya, presentasi tetep lanjut.
Di lab saya s1-kalau ga lupa-, penomoran revisi punya standar, yaitu A1 untuk yang belum final dengan koreksian dari sendiri. Jika koreksian berasal dari supervisor (atau pembimbing) dan sudah mendapat persetujuan sebagai draft pertama maka revisinya berubah menjadi b. Jika final dan sudah siap dikumpulkan atau disubmit berubah menjadi rev 0. dan jika ada koreksi setelah sidang berubah menjadi rev 1, tapi, kadang cara tersebut bagai orang tertentu ribet. silahkan disimpelkan menurut caranya masing-masing.
Kebetulan, tugas akhir S1 dan thesis S2 saya adalah sama, yaitu tentang pemodelan. Asumsi saya dulu pemodelan itu lebih valid kalau ada validasi dengan validasi secara ekperiment. Ternyata, tidak. Validasi model bisa dengan berbagai cara seperti point di bawah ini.
1. experiment kita sendiri,
Cara satu yang paling valid adalah dengan experiment. Jadi buat modelnya, lalu bandingkan dengan experiment yang kita punya. kelompokkan parameter yang fix, yang ada di data sheet di instrument atau design di experiment. dan juga kelompokkan parameter yang bisa dituning, misalnya parameter yang tidak diketahui,tidak bisa diukur, atau tidak tercantum di spesifikasi manufaktur. setelah itu tinggal validasi.
2. experiment orang lain,
Nah, ini yang memang baru saya tahu ketika master. Ternyata kita bisa memvalidasi dengan hasil eksperimen orang lain, terutama yang dimuat di dalam jurnal yang kredibel. Lalu bagaimana cara untuk mengutip. bisa dengan berbagai cara. Cara A adalah dengan mengirimkan surat copy right ke publisher. Ada beberapa publisher yang kita perlu membayarnya. ada juga beberapa publisher yang gratis. Cukup dengan minta ijin saja. Nah, selanjutnya, cara b dengan meminta raw data ke researcher. Nah cara b ini, jika beruntung akan dapat reply dari author nya. Tapi, yang sering kali terjadi, kita ga dapat balasan apa pun dari penulisnya, atau bahkan ditanya 'apa yang ingin kamu lakukan dengan dataku' dan setelah dijawab tetep diam. Akhirnya, cara yang terakhir adalah dengan cara mengekstrak data secara manual dari gambar yang tersedia di sebuah paper. nah cara mengekstrak data ada beberapa cara,
3. model yang lebih komprehensif dan teliti.
- dengan grabit, suatu program yang dibuat di matlab, sehingga kita bisa mengalibrasi axis x dan y dan membuat titik di sepanjang garis, lalu kita bisa menyimpan hasil ngedraft kita.
- grafik webtodigital, suatu program aplikasi yang bisa jalan di windows, dan yang lebih menyenangkan adalah program ini free ware, sehingga ya moga-moga barokah. Satu lagi, program bisa diset manual dan otomatis. Dengan sentuhan photoshop sedikit, kita bisa mengerjakan dengan mudah. Dia mempunyai tool seperti color selector dan itulah yang dibuat grafik. Tapi sayang, peralatan ini hanya bisa dibuat untuk yang berwarna saja. Untuk grafik yang tidak berwarna atau hanya hitam putih, ya siap2 untuk membuat titik satu per satu.
- Datachief, suatu program aplikasi yang bisa jalan di berbagai platform operating system atau OS (Windows, Mac, Linux) karena bawaan java. Ya kurang lebih sama dengan grabit. Tapi, tidak lebih baik dari web to digital di atas.
Ternyata kita bisa memvalidasi dengan model yang lebih lengkap dan lebih komplit dari pada model yang kita ajukan. Biasanya 1D model dibandingkan dengan 3D model, atau control oriented model dibandingkan dengan 3D model. Atau model yang linier dibandingkan dengan model non linier.
4. menggunakan pembuktian yang sudah dilakukan oleh orang lain, misalnya model non linier untuk membuktikan bahwa sistemnya stabil bisa dengan menggunakan uji lyapunov.
Hmm, kelihatannya catatan lain akan disusulkan,
tapi entah kapan...
hehehe
(Bersambung)
Komentar
Posting Komentar