Ketika opsi pernikahan datang, dan berbagai pilihan dan dilema menghadang, maka hati harus tetap diorientasikan kepada diin agar tidak menyimpang terlalu jauh dari cinta-Nya, atau yang lebih parah, menyimpang dari syariat-Nya.
Salah satu dilema yang paling sering bermunculan dan berulang-ulang terjadi adalah ketika kata beserta rasa cinta terlanjur diucapkan atau disampaikan dan rasa pun saling bersambut, tetapi ada orang tersayang yang belum setuju lantaran belum selesainya kuliah salah satu pasangan. Contoh-contoh ini banyak bertebaran di sekitar penulis, ada yang kandas di tengah jalan tetapi menyelamatkan, ada yang happy ending, ada yang sad ending, ada yang menyimpang.
Bagaimanapun, konsepsi yang harus dipegang adalah:
1. istikhoroh. Cari pilihan yang tepat dari kedua alternatif dari sekian pilihan
2. Jodoh tak akan lari kemana. Kalo memang berjodoh, insya Allah bertemu meskipun banyak aral melintang. Tapi kalo memang bukan jodoh, meskipun terus diupayakan bersatu, tak akan pernah bisa berjodoh.
3. Terus berdoa kepada Allah Swt, minta yang terbaik buat semuanya
Terlepas dari sekian contoh yang ada di sekitar penulis tersebut, maka penulis coba menguraikan pilihan langkah-langkah yang bisa diambil oleh pasangan yang sedang bersambut rasa tersebut. Uraian terdiri dari sebab, akibat, kemungkinan-kemungkinan dan lain-lain...
1. Menunggu Sampai Salah Satu Pasangan Lulus dengan Meminang Terlebih Dahulu
Sebagai bentuk keseriusan untuk menikah, maka pinangan disampaikan terlebih dahulu. Tapi, menikahnya setelah lulus. Dalam rentang masa itu, hubungan antara keduanya harus dibatasi. Dan komunikasi pun harus melalui perantara dan tidak terlalu sering. Dikhawatirkan di antara pasangan tersebut tak bisa menahan gejolak nafsu. Itulah mengapa sebenarnya lebih baik dipilih prinsip: lebih cepat lebih baik. Tidak boleh terlalu lama, 6-9 bulan itu sudah termasuk lama. Pilihan ini termasuk aman jika tidak terlalu lama dan hubungan antara keduanya memang dijaga ketat.
2. Menunggu Sampai Salah Satu Pasangan Lulus tanpa Meminang Terlebih Dahulu
Yang berarti ditunggu sampai lulus kuliah tanpa ada ikatan khitbah (meminang). Maka, sebenarnya sama saja tidak ada hubungan antara keduanya. Tidak boleh ngobrol terlalu pribadi, tidak boleh saling curhat, tidak boleh berduaan. Ini sangat berat karena dengan adanya dunia maya, frekuensi untuk bertemu jadi sangat besar, facebook, twitter, dan blog. Saling 'kepo'-'kepo'-an. Saling galau-galau-an. Saling sindir-sindir-an di dunia maya. Pilihan ini sangat riskan dalam penjagaan hati dan bahkan penjagaan syariat antara keduanya. Bisa jadi akan menggumpal dan memadat yang bisa meledak sewaktu-waktu. Dikhawatirkan: apa bedanya dengan pacaran terselubung? Kalaupun harus dilakukan, maka harus super menjaga hati dan super menjaga komunikasi. Dan Perantara harus seorang suami istri ataupun saudara lelaki akhwat, atau saudara perempuan ikhwan.
3. Memutuskan Tidak Melanjutkan
Ketika untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan ternyata sangat riskan dari sisi kesucian hati dan syariat, dipilihlah cara bersabar dengan cara memutuskan untuk tidak melanjutkan. Dengan dipilihnya pilihan ini, maka tidak ada lagi hubungan antara sang ikhwan dan sang akhwat. Sang Ikhwan bebas melamar akhwat lain dan Sang Akhwat pun bebas menerima lamaran ikhwan lain. Sama sekali tidak ada ikatan. Dan tidak sepantasnya Ikhwan dan Akhwat saling mengawasi setelah melalui fase itu.
Contoh di sekitar penulis cukup banyak, dan insya Allah ini adalah kandas yang menyelamatkan. Walau pun, saya yakin, ini adalah pilihan yang sangat pahit dan sakit, dan kadang agak traumatik.
4. Memutuskan untuk Mempercepat dan Siap Menanggung Risiko
Ketika kedua belah pihak berhasil saling bermusyawarah dengan baik. Maka memutuskan segera menikah adalah jalan keluar yang terbaik. Jika keduanya saling mencintai, maka yang paling baik adalah cinta yang dibingkai dalam pernikahan. Setelah menikah pun, jika harus ada masalah semoga masalah itu menjadi barokah yang bisa mempererat, jika harus LDR (Long Distance Relationship) semoga kerinduan selama LDR menjadi pahala, jika ada pertengkaran semoga malah menjadi sarana untuk saling lebih memahami. Mengurangi kegalauan dengan Kepo di dunia maya karena bisa menghubungi langsung sang Pujaan Hati.
Tapi, akan muncul risiko yang banyak, membutuhkan kerelaan yang tinggi dan rasa saling percaya yang erat di kedua belah pihak. Dan harus bersedia untuk komitmen menjaga diri dari luar selama kuliah.
Wallahu A'lam, setiap kasus punya solusi nya masing-masing.
Btw, tulisan ini belum tentu valid, hanya berdasarkan sudut pandang penulis dan pengetahuan yang terangkum di otak penulis.
Komentar
Posting Komentar