Langsung ke konten utama

Model Kehidupan


"Laqod kana lakum fi rasulillahi uswatun hasanah, liman kana yarjullaha..."
 
Model perlu dan penting bagi seorang engineer untuk mengetahui  bagaimana tingkah laku suatu sistem. Pengamatan dalam rangka pembentukan model dapat didekati dengan dua cara, dengan mengamati secara eksperimental atau dengan menganalisis apa saja isinya sehingga didapat prediksi tingkah laku suatu sistem.

Penulis coba iseng mengenai analogi dari model ini ke kehidupan kita.

A. Eksperimental

Pengamatan ekperimental dapat dilakukan dengan cara memberikan suatu variasi input sehingga dia akan memberikan suatu variasi output yg membentuk suatu pola yg kita sebut tingkah laku (behaviour).
 
Kita ambil contoh studi kasus akhlaq (tingkah laku, tindak tanduk) seseorang agar tidak terlalu fisis dan bisa dimengerti banyak orang.
 
Gampang saja kan, bagaimana cara untuk tahu tentang akhlaq diri kita seperti apa.  Lihat bagaimana Allah memberikan ujian kepada kita. Ujian yg sangat bervariasi, mulai dari variasi tingkat kesenangannya sampai variasi tingkat kerumitannya. Lalu amati akhlaq kita seperti apa. Dan dari hasil pengamatan itu, kita akan dapat model akhlaq kita, mahmudah kah? atau madzmumah kah? Dan inilah yg menjadi muhasabah kita.

Dan begitulah cara Allah mengajari kita untuk mengukur kualitas diri kita dengan memberikan berbagai ujian, teringat bagaimana Allah mengajari Rasulullah cara membedakan orang yg lemah iman dan tidak ketika diberitakan tentang pemindahan kiblat (dari masjidil Aqsha ke Masjidil Haram) "illa lina'lama man yattabi'ur rasulu mimman yanqolibu 'ala 'aqibaih", atau di surat2 lainnya.
Tapi, sayangnya kita tidak bs melakukan perencanaan evaluasi diri hanya dengan metode eksperimen ini karena kurangnya pemahaman akan detail dinamika pada tiap komponen di dalam diri kita.

B. Analisis Komponen Sistem

Pembentukan model dengan analisis komponen2 mempunyai kelebihan pada pemahaman yang lebih komprehensif. Tapi, akurasi dari model masih punya error yg besar.
Begitu juga akhlaq kita. Kita bisa menganalisis akhlaq kita pada tiap komponen yg menyusun akhlaq itu sendiri. Misalnya manhaj/cara pandang yg kita yakini, pengetahuan kita, dan lingkungan kita.
Kita teliti cara pandang terhadap kehidupan kita. Manhaj inilah yg menentukan cara kita bersikap ketika diberikan suatu input/ujian. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempunyai manhaj yang lurus dan bisa meluruskan. Semoga manhaj yang benar di atas jalan Nya bisa menjadi manhaj utama kita. "Innad dina 'indallahil Islam"...
Lalu, ilmu kita akan mempengaruhi bagaimana cara kita bersikap. Seorang berilmu akan menimbang bagaimana dia harus bersikap karena tahu apa yang akan dipertanggung jawabkan. "Innas sam'a wal bashara wal fuada kullu ulaika kana 'anhu masula"....
Lalu terakhir, adalah lingkungan kita tumbuh sejak kecil sampai sekarang. Bagaimana akhlaq kita akan sangat dipengaruhi oleh orang tua, teman, tetangga dan guru/mentor.
Alangkah baiknya jika kedua metode itu digunakan untuk mengupdate dan menganalisa bagaimana model akhlaq kita sebagai bahan muhasabah.

MODEL IDEAL

Lalu kita bandingkan dengan model figur manusia terbaik, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Lakukan analisis model Rasulullahi Shalallahu 'alaihi wa sallam dengan cara pendekatan empiris (eksperimental) ataupun analitis yg bersumber dari Al-Qur'an dan As Sunnah. Dari sirah nabawiyah, pengamatan empiris dapat dilakukan. Dari Al Qur'an dan As Sunnah, pengamatan analitik dapat dilakukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Material Absorbsi

Ada empat tipe bahan atau material  yang paling sering digunakan untuk mengontrol g angguan yang timbul karena adanya cacat akustik. Empat tipe bahan itu adalah Absorber, isolator, isolator vibrasi, dan damping. Namun di makalah ini hanya akan dibahas mengenai bahan untuk absorbsi.  Bahan absorbsi secara umum berfungsi untuk menyerap energi suara dengan tujuan menyeimbangkan reverberation time, menyerap gangguan yang tidak diinginkan, menghilangkan rentang fekuensi tertentu dan fungsi lainnya. Selain menambah kualitas akustik di suatu ruangan, aspek kenyamanan dan kesesuaian dengan komponen lain, misalnya pencahayaan, arsitek, dan lainnya, harus diperhatikan juga.  Setiap bahan absorbsi mempunyai koefisien absorbsi yang berbeda beda. Koefisien absorbsi suara suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara energi akustik yang diserap dengan energi akustik yang datang menimpa bahan tersebut. Koefisien absorbsi suara suatu bahan dapat dihitung dengan menggunakan

Semua akan Indah Pada Waktunya... Tasyabuh?

Larangan tasyabbuh edition.... "Semuanya Akan Indah pada Waktunya" ternyata kalimat tersebut dari BIBLE dan sudah menjadi syiar umum bagi kaum Nashrani (di Doa di nyanyian di Gereja). apakah kita akan menjadikan syiar mereka menjadi syiar kita sebagai umat Islam???? Insya Allah banyak kalimat dari Al Qur'an dan As Sunnah yang lebih baik dari perkataan tersebut. Salah satu contohnya adalah surat Fushilat ayat 30-31 atau Ali Imron yang berbunyi " wa saari'u ilaa maghfirotim mir Robbikum" ....dst. Eh kok ada yang beda di ayat tersebut? Yap, di sana TIDAK semuanya akan indah pada waktunya. Kita akan mendapatkan balasannya jika kita telah melakukan sesuatu terlebih dahulu (beriman, beramal, istiqomah dll) dan sudah dikehendaki oleh Allah. Jika tidak sependapat tidak apa-apa. Tapi bukankah kita lebih baik tidak atau berhati-hati untuk tidak bertasyabbuh? ------- ini bunyi kalimat tersebut di Bible...... "Ia membuat segala sesua

Unta Rahilah

“innamannaasa kal ibilil miati laa takaadu tajidu fiihaaa raahilah” “Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat)” [HR Bukhari, XX/151 No.6017] Apakah yang dimaksud dengan 'Rahilah itu'. Al-Khaththabi rahimahullah: “mayoritas manusia memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.’ (Fathul Bari, 11/343) Al Imam Nawawi rahimahullahu:”Orang yang diridhoi keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/10) Ibnu Baththal rahimuhullahu: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343) Apakah kita bisa menjadi Unta Rahilah itu di antara Umat islam