Langsung ke konten utama

Kelompok Terasa Hampa? (Sebuah Opini)

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyanyang
Segala Puji bagi Allah
Shalawat Serta Harus dipanjatkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alahi wa sallam
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithon yang terkutuk
Aku berlindung kepada Allah dari Riya’ yang menyemut di dalam qolbu
Aku berlindung kepada Allah dari ketidak mampuan diri memproses cita-cita dengan kemaksimalan berusaha

Sepatah, Dua Patah, Tiga Patah Kata Pembuka
Sebuah tulisan singkat tentang kelompok. Berisi sebuah konsep pemikiran. Sering kali ada pertanyaan,
“Kenapa harus ada kelompok?”
“Kelompok terasa hanya sebagai sebuah rutinitas. Tanpa ada rasa di sana.”
“Kenapa kelompok ini tidak menambah keimananku sama sekali?”
“Kenapa Rasa persaudaraan ini masih biasa banget, bahkan terhadap teman satu kelompok. Rasa berdesir, senang, nyaman pun kok belum muncul?”
Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak keluar setiap saat. Tapi, kalau sampai muncul pertanyaan-pertanyaan tersebut, tidak ada yang salah pada diri kita. Justru, jika sampai pertanyaan tersebut tidak pernah muncul, maka perlu dipertanyakan kepekaan atau Ghirah yang ada pada diri kita.

Hmm, coba diurai satu persatu. Mulai dari pengetahuan bagaimana Kelompok yang ideal tersebut, permasalahan yang sekarang ini muncul di kelompok-kelompok kita, dan akhirnya solusi-solusi yang mungkin diaplikasikan.

Back to The Base : Kelompok Ideal, Tujuan, Cara, dan Harapan
Kelompok ideal? Yap, kelompok yang ideal. Kelompok tersebut sudah menemukan Chemistry yang cocok yang sesuai dengan karakter personel di dalamnya. Kelompok yang mampu menciptakan iklim tholabul ‘ilmi yang mencerdaskan, memantik ruhiyah yang meningkatkan atau menimbulkan luapan iman yang menguatkan, dan mengokohkan tali persaudaraan yang terbingkai dalam budaya tawassaw bilhaq wa bishshobr. Inilah Dream Team. Namun, bisa jadi Dream Team ini tidak bertahan lama karena tuntutan untuk menyebarkan Budaya Kelompok Ideal tersebut kepada kelompok-kelompok lainnya.
Mari sejenak melupakan bagaimana kelompok ideal tersebut dan mencoba melihat ulang apa tujuan kelompok tersebut. Tujuan-tujuan yang saya tuliskan ini adalah opini berdasarkan hasil ngobrol dengan yang lebih tahu dan experiensing (mengalami). Tujuan apa saja yang ada di dalam kelompok? Secara sederhana, ada tiga bagian ini:
  1. Mempererat ukhuwah Islamiyah
  2. Menambah ilmu dan menguatkan pemahaman akan ilmu tersebut
  3. Menguatkan iman yang mulai kendor karena aktivitas keduniaan
Lalu bagaimana cara yang terwujudkan dalam materi dan struktur di dalam pelaksanaan kelompok? Dari sisi materi, maka secara garis besar, materi kelompok mencakup pembahasan berikut ini:
  1. Materi Pengajian Gelombang
  2. Materi tambahan sebagai keilmuan standar minimal/common yang harus dipunyai oleh seorang warga
  3. Materi tambahan sebagai keilmuan yang sudah disepakati untuk dibahas di dalam kelompok sesuai dengn muatan lokal/kedaerahan atau isue temporer
  4. Materi kemajlisan untuk mewujudkan kerapian pergerakan dan  isue kebersamaan sebagai wujud kepedulian terhadap majlis dan warga majlis pada umumnya, anggota kelompok pada khususnya.
Sekarang kita tinjau dari sisi struktur, secara khusus, saya meminjam istilah hasil pembicaraan dengan Ustadz Tutuk mengenai struktur fungsional atau organisasi dalam kelompok (terutama point satu dan dua). Secara garis besar, struktur kelompok terdiri dari empat bagian berikut ini:
  1. Murobbi
Yang berfungsi sebagai pembina kelompok. Murobbi akan sering mengarahkan, menegur, mengayomi dan memberikan semangat kepada kelompok. Setiap Murobbi tentu punya gaya dan cara masing-masing.
  1. Ketua Kelompok/Mas-ul
Ketua Kelompok/Masul berfungsi sebagai pelaksana dan koordinator kelompok. Ketua kelompok bergerak sebagai orang operasional yang mengatur tempat, waktu, jarkom (jaringan komunikasi) personel untuk pelaksanaan kelompok.
Terkadang ketua kelompok diminta lebih paham keadaan anggota kelompok. DanTidak jarang fungsi Murobbi dan Ketua Kelompok ada pada satu orang.
  1. Fungsi tambahan sesuai dengan program dan hal-hal yang ingin dicapai di dalam kelompok.
Contohnya adalah bendahara, sekretaris, penjarkom dan pengumpul uang iuran korban.
  1. Anggota
Anggota walaupun bukan penanggung jawab, juga harus sadar akan kekurangan Murobbi dan Ketua Kelompok. Oleh karena itu, anggota harus pandai-pandai menjadi komplemen/pelengkap sehingga fungsi-fungsi menuju kelompok ideal bisa tercapai.
Inilah dia tujuan-tujuan awal kenapa kelompok ada dan cara untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut.

Oh Masalah, Oh Masalah…
Dengan berbagai tujuan dan cara tersebut, Masalah sudah dipastikan akan muncul ketika tahap pelaksanaan/realisasi. Memang benar, jika dikatakan masalah adalah sarana yang muncul secara alamiyah dan menjadi sarana pembinaan yang paling manjur untuk mematangkan kapabilitas kelompok.
Masalah-masalah yang sering muncul dari faktor internal kelompok di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Menurunnya semangat kelompok
Personel kehilangan rasa yang menimbulkan desir hati, dinamika hati, kenyamanan hati dan rasa puas ketika mengikuti kelompok.
Ghirah/kepekaan individu mulai tak nampak dan menghilang tanpa jejak…
  1. Militansi semakin tidak nampak
Tidak hadir hanya karena alasan-alasan yang remeh, yang tidak penting, kurang memaksakan diri atau istilah lainnya adalah alasan tidak syar’I. Ketika penting pun, konfirmasi tidak diberikan. Padahal, bisa jadi, konfirmasi yang dikirim dengan gampang itu adalah representasi mujahadah yang tertinggal dalam diri.
Mujahadah mulai melemah dan dianggap sangat biasa, sehingga derajat kemujahadahan turun secara eksponensial…
  1. Fungsi komplemen anggota<->Ketua Kelompok<->Murobbi yang tidak terwujud dan hilang.
Ghirah/kepekaan team mulai merasuk, merusak tatanan…
  1. Tidak ada Key Person, semua personel memperlakukan kelompok seperti air yang mengalir karena ada aturan yang didukung oleh gaya gravitasi.
  2. Chemistry/kofigurasi/pola interaksi terbaik kelompok yang belum ditemukan
  3. Dll….
Terkadang, di Akhwat, kelompok belum diadakan dengan berbagai alasan. Di antara alasan tersebut adalah karena rumahnya berjauhan, Tidak ada yang mengantar, belum ada contoh sebelumnya, tidak ada waktu dll.

Dari Sekian Kemungkinan Solusi….
Semakin malam, dan semakin menuju senin, Penulis semakin tidak bisa berpikir dengan baik solusi apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah di atas. Nah, di sini penulis membuka peluang bagi para Pembaca yang Budiman untuk memberikan solusi.
Sementara ini,solusi  yang tergambar di otak adalah sebagai berikut:
  1. Melihat kembali tujuan awal diadakan kelompok, Back to the basic…
  2. Menjadi Key Person (sekalipun berperan sebagai anggota) yang memunculkan solusi …
  3. Diperbanyak komunikasi, dengan saling mengunjungi, sms-an, dan berinteraksi sebelum/setelah ngaji.
  4. Penjagaan (Mutabaah) dan Evaluasi (Muhasabah) pergerakan dan ibadah  diatur dengan baik
  5. …. (Bersambung)

Begitulah, di sekitar kita, di sekitar proses eksekusi atau pelaksanaan kelompok banyak masalah yang berserakan menunggu kepekaan kita dan gerak nyata dari usaha kita.
Untuk menuju Kelompok Ideal, masalah-masalah tersebut ibarat puzzle yang menunggu untuk diselesaikan sehingga semakin baik, semakin baik dan semakin baik menuju tujuan besarnya.
Kelompok yang baik dan luar biasa akan menghasilkan pribadi-pribadi yang juga baik. Seperti HOS Cokroaminotonya dengan Soekarno dan Semaun, Naruto dengan Team Kakashinya, dll (udah mulai melantur).

Disclaimer:
Bukan berarti penulis sudah sukses membentuk Dream Team, baru dilaksanakan secuil. Tulisan ini memaparkan konsep dari hasil bicara dengan Ustadz. Jadi di dalamya ada cita-cita. Mari berusaha menjadikan kelompok kita lebih hidup dan bersuasana positif.

Versi A0 : 31 Maret 2012
Versi A1 : 11 Oktober 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#Pembinaan Diri (3)

(Lanjutan....) Setelah sekian lama, tulisan sederhana ini akhirnya bisa diselesaikan. Maklum, hampir full akitivitas, mulai dari 4 minggu sebelum Ramdahan sampai sekarang. Ok, mari kita lanjutkan. Tapi, sebelumnya, alhamdulillah ada beberapa habbit yang bisa jelek yang bisa diubah beberapa minggu terakhir. Ini semata-mata karena pertolongan Allah yang telah memberikan hidayah pada penulis. Sekarang the next habbits jelek yang perlu diatasi. Tidak perlu tergesa-gesa, tapi nikmati prosesnya.... :D. Jika artikel sebelumnya adalah kumpulan status, maka untuk tulisan kali agak berbeda. Sebelum masuk ke inti bahasan, mari kita review lagi makna dari ' Pembinaan Diri' . Apa sih Pembinaan Diri? Pembinaan Diri adalah Serangkaian program/ Sebuah Komitmen untuk membina dirinya sendiri dengan sarana-sarana yang sebenarnya berserakan di kehidupan keseharian kita. (Jadi bahasa tekniknya adalah dioptimasi agar lebih efektif) Pembinaan sendiri mempunyai tujuan agar ses

Semua akan Indah Pada Waktunya... Tasyabuh?

Larangan tasyabbuh edition.... "Semuanya Akan Indah pada Waktunya" ternyata kalimat tersebut dari BIBLE dan sudah menjadi syiar umum bagi kaum Nashrani (di Doa di nyanyian di Gereja). apakah kita akan menjadikan syiar mereka menjadi syiar kita sebagai umat Islam???? Insya Allah banyak kalimat dari Al Qur'an dan As Sunnah yang lebih baik dari perkataan tersebut. Salah satu contohnya adalah surat Fushilat ayat 30-31 atau Ali Imron yang berbunyi " wa saari'u ilaa maghfirotim mir Robbikum" ....dst. Eh kok ada yang beda di ayat tersebut? Yap, di sana TIDAK semuanya akan indah pada waktunya. Kita akan mendapatkan balasannya jika kita telah melakukan sesuatu terlebih dahulu (beriman, beramal, istiqomah dll) dan sudah dikehendaki oleh Allah. Jika tidak sependapat tidak apa-apa. Tapi bukankah kita lebih baik tidak atau berhati-hati untuk tidak bertasyabbuh? ------- ini bunyi kalimat tersebut di Bible...... "Ia membuat segala sesua

Unta Rahilah

“innamannaasa kal ibilil miati laa takaadu tajidu fiihaaa raahilah” “Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat)” [HR Bukhari, XX/151 No.6017] Apakah yang dimaksud dengan 'Rahilah itu'. Al-Khaththabi rahimahullah: “mayoritas manusia memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.’ (Fathul Bari, 11/343) Al Imam Nawawi rahimahullahu:”Orang yang diridhoi keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/10) Ibnu Baththal rahimuhullahu: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343) Apakah kita bisa menjadi Unta Rahilah itu di antara Umat islam