Langsung ke konten utama

Sifat-sifat Hamba-hamba Allah yang Maha Pengasih (‘Ibadurrahman) Al-Furqon 63-76



Ahad, 27 November 2011
Saat itu pengisian dari Pak Sarjiman, Ustadz Sardjiman menerangkan beberapa hal. Salah satu yang paling mengena adalah tentang sifat-sifat hamba hamba Allah yang maha Pengasih. Sifat seorang hamba Allah yang Maha Pengasih terungkap di dalam surat Al-Furqon ayat 63-77. Penulis mencoba menuliskan kembali dengan menambahkan referensi-referensi buku yang dipakai.

Bagaimanakah sifat-sifat seorang hamba-hamba Tuhan yang Maha Pengasih?  

Pada ayat 63, kalimat ‘ibaadurrahman  dan seterusnya sampai ulaaika yujzauna berlaku sebagai mubtada’ atau sebagai semacam subyek.  Jadi polanya kira-kira seperti ini:

"'ibadurrahman yang mempunyai sifat...., dan sifat...., dan sifat.... dst"

Nah, kalau dirinci, maka ada 8 Sifat berikut:
1. Memiliki sifat Tawadhu' (Haunan)
2. Rajin melakukan sholat malam
3. Takut terhadap siksa api neraka
4. Pertengahan dalam membelanjakan harta
5. Tidak menyekutukan Allah, tidak membunuh dengan alasan yang salah, tidak berzina
6. Tidak memberikan kesaksian Palsu
7. Menerima ayat-ayat Allah
8. Yang mendoakan keturunan dan istrinya

Lalu di ayat 74 berfungsi sebagai khobar, yang memaparkan tentang balasan bagi ‘ibadurrahman,
===========
 
1.     Memiliki sifat Tawadhu’ dan juga membalas sesuatu yang tidak mengenakan hati dengan yang baik.
Di arti ayat 63 adalah: ”Berjalan dengan haunan (rendah hati) apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
Haunan kalau diartikan lagi menurut Ibnu Katsir Rahimahullah adalah "Adapun mereka berjalan tidak dengan sifat angkuh dan sombong."   Sedangkan di tafsir jalalain dituliskan haunan adalah tenang dan rendah hati.
Mengenai berkata yang baik meskipun orang jahil mengajak berbicara mengenai sesuatu yang tidak disukai, Ibnu Katsir berkata "Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yang menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa."


2.     Rajin melakukan sholat pada malam harinya

Di arti ayat 64 adalah: “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.
Beginilah seorang hamba yang Maha Pengasih, sholat malam menjadi salah satu cirinya


3.    Takut terhadap siksa api neraka

Arti ayat 65 adalah “Dan orang-orang yang berkata: "Ya Robb kami, jauhkan adzab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang ghoroma." Ghoroma oleh Imam ibnu katsir diartikan kekal.

Arti ayat 66 adalah “Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.

‘Ibadurrahman mempunyai ketakutan terhadap siksa api neraka sehingga hal ini menjadi salah satu motivasi mereka dalam beramal.


4.    Pertengahan dalam membelanjakan harta.

Arti ayat 67 adalah “Dan orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” Yang dimaksud menginfakkan adalah membelanjakan harta.

‘Ibadurrahman adalah seorang yang pertengahan, dia tidak terlalu boros dan tidak terlalu pelit dalam membelanjakan hartanya.

Dalam tafsir Al Jalalain menyebutkan bahwa ketika mereka berinfak pada anak-anak mereka tidak berlebihan dan tidak pelit.

Ada juga pendapat ulama lain yang ditulis di buku tafsir Ibnu Katsir Rahimuhullah, Ulama' yang juga seorang Tabi'in, Al Hasan Al Bashri, menyatakan bahwa “Nafkah yang dibelanjakan di jalan Allah tidak disebut boros (berlebihan)". Peendapat lain menyatakan bahwa "Sikap berlebihan (dalam membelanjakan harta) adalah menafkahkan harta dalam maksiat kepada Allah."


5.     Tidak menyekutukan Allah, tidak membunuh dengan alasan yang salah, tidak berzina

Arti Di ayat 68-71 adalah: ”Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya

Ayat di atas mengenai konsekuensi jika melanggarnya, dan bagaimana cara bertaubat apabila sudah terlanjur melaksanakannya.


6.     Tidak memberikan kesaksian palsu dan menjaga kehormatan diri ketika bertemu dengan orang-orang yang berbuat lagho

Arti di ayat 72 adalah: “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”


7.     Menerima ayat-ayat Allah

Arti di ayat 73 adalah: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat- ayat Robb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta.”


8.     Dan orang yang mendoakan keturunannya dan istrinya

Arti di ayat 74 adalah: “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
----

Untuk ayat selanjutnya sebagai khobar, yang menceritakan tentang balasan bagi ‘ibadurrahman, 
Arti di ayat 75-76 adalah : “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam syurga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, mereka kekal di dalamnya. Syurga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman”

====
Kalau kita membaca tafsirnya, kita akan mendapat hikmah lebih banyak lagi.

(Ali An-Nashir)
Referensi:
Tafsir Ibnu Katsir surat Al-Furqon
Tafsir Jalalain

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Material Absorbsi

Ada empat tipe bahan atau material  yang paling sering digunakan untuk mengontrol g angguan yang timbul karena adanya cacat akustik. Empat tipe bahan itu adalah Absorber, isolator, isolator vibrasi, dan damping. Namun di makalah ini hanya akan dibahas mengenai bahan untuk absorbsi.  Bahan absorbsi secara umum berfungsi untuk menyerap energi suara dengan tujuan menyeimbangkan reverberation time, menyerap gangguan yang tidak diinginkan, menghilangkan rentang fekuensi tertentu dan fungsi lainnya. Selain menambah kualitas akustik di suatu ruangan, aspek kenyamanan dan kesesuaian dengan komponen lain, misalnya pencahayaan, arsitek, dan lainnya, harus diperhatikan juga.  Setiap bahan absorbsi mempunyai koefisien absorbsi yang berbeda beda. Koefisien absorbsi suara suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara energi akustik yang diserap dengan energi akustik yang datang menimpa bahan tersebut. Koefisien absorbsi suara suatu bahan dapat dihitung dengan menggunakan

Semua akan Indah Pada Waktunya... Tasyabuh?

Larangan tasyabbuh edition.... "Semuanya Akan Indah pada Waktunya" ternyata kalimat tersebut dari BIBLE dan sudah menjadi syiar umum bagi kaum Nashrani (di Doa di nyanyian di Gereja). apakah kita akan menjadikan syiar mereka menjadi syiar kita sebagai umat Islam???? Insya Allah banyak kalimat dari Al Qur'an dan As Sunnah yang lebih baik dari perkataan tersebut. Salah satu contohnya adalah surat Fushilat ayat 30-31 atau Ali Imron yang berbunyi " wa saari'u ilaa maghfirotim mir Robbikum" ....dst. Eh kok ada yang beda di ayat tersebut? Yap, di sana TIDAK semuanya akan indah pada waktunya. Kita akan mendapatkan balasannya jika kita telah melakukan sesuatu terlebih dahulu (beriman, beramal, istiqomah dll) dan sudah dikehendaki oleh Allah. Jika tidak sependapat tidak apa-apa. Tapi bukankah kita lebih baik tidak atau berhati-hati untuk tidak bertasyabbuh? ------- ini bunyi kalimat tersebut di Bible...... "Ia membuat segala sesua

Unta Rahilah

“innamannaasa kal ibilil miati laa takaadu tajidu fiihaaa raahilah” “Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat)” [HR Bukhari, XX/151 No.6017] Apakah yang dimaksud dengan 'Rahilah itu'. Al-Khaththabi rahimahullah: “mayoritas manusia memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.’ (Fathul Bari, 11/343) Al Imam Nawawi rahimahullahu:”Orang yang diridhoi keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/10) Ibnu Baththal rahimuhullahu: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343) Apakah kita bisa menjadi Unta Rahilah itu di antara Umat islam